Jan 17, 2021

Review on John Grisham: The Firm

Ketertarikan saya pada buku karya John Grisham muncul ketika seseorang di litbase merekomendasikan (kepada orang lain), untuk membaca buku beliau, katanya lebih seru dari Dan Brown. Pun, menfess nanya novel tentang lawyer juga berkali-kali muncul sampe saya bosen bacanya, jujur aja. Someone need to reupload that damn thread about searching the question first before sending message because it's BOSENIN BANGSAT dan netijen lagi-lagi kompak menyodorkan satu nama: John Grisham.

Why "The Firm"? Ya random aja. I'm way too lazy to search around, and I don't think it's wise to start with something I know is the best. Kalau tahu buku yang saya pilih bukan yang terbaik, saya akan malas-malasan mulainya. Kalau tahu buku yang saya pilih sudah yang terbaik, kalau ternyata zonk saya akan kecewa berat karena terlanjur numpuk buku si penulis yang bersangkutan. So yeah, I start blindly and let myself explore the unknown.
(Lalu someone teriak: YA JANGAN NUMPUK BUKU DULU LAH, JAENAB)


 

The Firm bercerita tentang seorang lulusan Harvard law school, Mitchell Y. McDeere, yang sedang mencari pekerjaan. Sebagai lulusan top 3 di angkatannya, ia sudah mengantongi banyak penawaran pekerjaan, namun masih window shopping sebelum memutuskan dimana ia akan bekerja. Ketika akhirnya ia diwawancara oleh hiring partner sebuah law firm kecil nyaris tanpa nama, yang berbasis di Memphis (Memphis ini kalo di Indonesia mungkin kaya Jambi atau Sulbar -- bukan kota besar yang menarik hati lulusan terbaik ambis lah pokoknya), ia akhirnya tergoda untuk beralih dari firma hukum di Wall Street untuk bekerja di tempat tersebut.

Bagaimana tidak? Gaji menjanjikan (berkali-kali lipat lebih besar dari tawaran Wall Street law firms manapun), absolute zero turnover (firma besar rata-rata memiliki 28%, yang berarti mereka akan kehilangan 3 dari 10 karyawan mereka setiap tahunnya), dan kesempatan menjadi Partner dalam kurun waktu 5 tahun. Belum lagi fasilitas cicilan KPR berbunga super rendah, bonus mobil BMW baru yang di-leasing-kan oleh perusahaan, dan jaminan biaya sekolah untuk anaknya kelak. 

Though I smell that something is definitely fishy. If something is too good to be true, then it's definitely either not true, or hiding something that is not right. Saya memegang prinsip ini sejak pertama kali saya membaca penawaran waw yang disampaikan.

And...it is.

Alur cerita tergolong cepat. Dari awal, pembaca sudah disuguhkan tindakan-tindakan mencurigakan yang diambil oleh petinggi-petinggi Bendini, Lambert & Locke (BLL). Nuansa ini memunculkan empati pembaca terhadap Mitch, the poor clueless new guy yang tanpa sadar masuk ke kandang naga. Mitch hanya tahu bahwa law firm tersebut menjunjung tinggi kerahasiaan dan cenderung terobsesi dengan "being secretive". Karena adanya situasi berbahaya yang mengancam main character seperti ini, pembaca ga merasa bosan membacanya walaupun the real conflict belum muncul sampe pertengahan buku. Lha wong main character-nya ga sadar kok kalo lagi masuk perangkap.

Shits are elevated even higher, ketika Mitch akhirnya curiga bahwa ada hal yang tidak beres dengan BLL. Ia akhirnya menyadari bahwa klaim "zero turnover" yang disampaikan di awal -- itu karena memang siapapun yang berniat keluar firma akan langsung dihabisi nyawanya. Hal itulah yang ternyata terjadi pada dua attorney yang pemakamannya ia hadiri di hari pertamanya bekerja -- dan dua mantan staf lainnya, termasuk satu-satunya attorney wanita yang pernah dipekerjakan BLL. Mitch akhirnya semakin yakin bahwa hidupnya dan istrinya, Abby dalam bahaya -- ketika detektif swasta yang disewanya ditemukan tewas dengan luka tembak yang mencurigakan. Setelah berkali-kali ditemui oleh agen FBI, ia akhirnya bertekad untuk melakukan hal yang sama sekali belum pernah dilakukan oleh attorney BLL selama dua puluh tahun -- kabur dari firma dalam keadaan hidup.

Tingkah polah dan intrik Mitch dalam menjalani kehidupannya sebagai double agent dengan triple role, ternyata cukup untuk memaksa saya membuka halaman demi halaman novel ini, almost non stop.  Walapun awalnya Mitch terlihat membosankan (just your common workaholic newcomers), tetapi kecerdasannya lama-lama terlihat -- dan membuatnya jadi super attractive. Bagaimana ia menyeimbangkan demand dari dua kubu yang saling berlawanan -- mafia konspirasi BLL dan direktur FBI - dan memainkan dua peran -- pawn sekaligus mastermind -- hanya untuk keluar dari firma, benar-benar menjadi premis yang menegangkan.

Setiap perkembangan plot benar-benar berarti, tanpa diselingi filler-filler membosankan. Pembaca sama sekali tidak bisa menebak bagaimana cerita akan berakhir, karena sampai 95% pun ternyata ketegangannya ga habis-habis spoiler: ternyata endingnya standar. Walaupun tidak banyak humor di buku ini, tetapi somehow tetep asik-asik aja dibacanya. Walaupun bahasa yang dipakai not exactly learner-friendly, tetapi juga tidak terlalu berat sampai harus mengecek kamus setiap menit (PS: saya level intermediate B1 ya, jadi untuk mencerna vocabs dari konteks sudah lumayan bisa).

Balik ke review random stranger di awal, tentang bahwa buku-buku beliau lebih baik dari Dan Brown? Well, my subjective taste says no (not that they are even comparable tbh -- nilai jual Dan Brown kan di detail-detail sejarahnya juga ga cuma sekadar crime action). But I also testified that this book gave me a pretty solid reading experience. Predictable yes, but who am I complaining when it still gave me this much fun?

I will definitely read Grisham's another books, soon! Di goodreads ada banyak buku beliau yang lain yang ratingnya lebih tinggi so I'm excited!!
 

Rating: 4.5 / 5

===
 

Get your ebook here:

 - Amazonbook (kindle)

- Google Playbook (US)

No comments:

Post a Comment