I should be focusing on my planned data science mini project but well, here I am.
Setelah tahu bahwa dirinya adalah keturunan dewa (geez, kenapa sih dewa selalu minta kawin sama manusia? why not cat? Or rabbit?), Zane Obispo terpaksa harus hidup dalam persembunyian sihir underground lady, Ixtab. Jika para dewa tahu Zane masih hidup, para dewa akan membunuhnya. Despite, according to Ixtab, Hurukan bukanlah satu-satunya dewa yang melanggar The Sacred Oath.
Kan nyebelin.
Anyway, Zane menuliskan kisahnya di buku pertama untuk memberi kabar dan peringatan kepada godborn lain kan. Suatu hari, ketika ia dan Brooks sedang menunggu kabar dari kawan lama mereka Jack untuk mengeluarkan ayahnya dari penjara, tiba-tiba seorang godborn muncul di pulaunya. Karena Zane bingung anak ini harus diapakan (namanya Ren, btw), akhirnya ia minta bantuan Ms. Cabs, peramal Maya yang dulu sempat ditugaskan untuk melindungi dan mengawasi hidup Zane. Shit happens, ternyata Zane malah menemukan seorang (sebuah?) manusia lumpur yang menyamar sebagai Ms. Cabs, padahal manusia lumpur itu seharusnya sudah dimusnahkan ketika para Dewa mencoba membuat manusia pertama kali?
You can guess what happens next. Zane akhirnya kembali berurusan dengan dewa. Niat mulia untuk menyelamatkan Kanjeng Papi yang dipenjara ternyata ga sesederhana pesan Uber (since the story is taken place in the US) lalu naik mobil. Zane, Brooks, dan Hondo (yay) harus menghadapi drama after drama, only to get inside the outermost crust of another drama. Belum lagi, duh, Ren ini sebenarnya siapa, sih?
Btw, kalian bakal menyaksikan sendiri betapa menderitanya manusia untuk masuk ke dalam neraka.
Yes, you read it right, masuk neraka itu susah.
Melanjutkan cerita di buku pertama, Zane cs harus berurusan lagi dengan villain yang mereka hadapi sebelumnya. Tentu saja mereka datang bawa gerombolan yang lebih rame (literally, you will find out in the book) dan lebih menyusahkan. Konflik perdewaan di The Fire Keeper ini mengingatkan saya pada kehebohan perdewaan di serial Camp Half Blood nya Rick Riordan, dimana penguasa-penguasa yang terlupakan bersekongkol dengan 'orang dalam' untuk menyerang incumbent. Eksekusi konflik pun semakin rame dengan makin banyaknya backstabbing di sana-sini, sampai tidak jelas mana kawan mana lawan. Banyaknya dewa-dewi yang terlibat dalam misi, bukannya membantu malah semakin ngerecokin. Pusingnya, sampai akhir buku kedua ini, villain utama mereka masih juga belum bisa diberesin.
Sama seperti pas saya membaca buku pertama, sensasi membaca buku ini bener-bener bikin deg-degan dan geregetan dari awal sampai akhir. Rasanya ga pengen misahin tab dari tangan, karena perkembangan ceritanya memang seseru itu. Apalagi Jennifer Cervantes masih mempertahankan gaya story tellingnya yang ringan, sehingga pengalaman mengikuti petualangan karakter yang ditulis benar-benar terasa menyenangkan. Saya bener-bener ga habis pikir sama author-author kaya gini, kok bisa ya mereka menciptakan kesialan yang ga ada habisnya?
Oh, btw, A-pooch definitely soaring up the Dee's Top Favorite Deities league table, right below Papa Hades rank. Any more uwu-ness, Papa H will have to share his throne with Uncle A.P.
No comments:
Post a Comment