Aug 4, 2020

The Lunar Chronicles: Kai(to) - That's the Tweet

Di salah satu televisi lokal swasta, kita sering lihat sinetron dengan tema receh dan super ga penting. Dari Cinta Tukang Cilok sampai Pacarku Satpam Ragunan, semua profesi orang kere sepertinya udah pernah dijadikan judul FTV. Tentu saja dengan bumbu-bumbu bahwa salah satu dari tokoh utama ternyata adalah orang kaya. Mereka bertemu dalam situasi yang menyebalkan, but shit happens sehingga mereka berakhir pacaran, menikah dan hidup bahagia selamanya.

Seperti inilah kesan pertama yang saya tangkap ketika saya membuka halaman-halaman awal dari volume pertama serial The Lunar Chronicles ini. Ber-setting ribuan tahun dari sekarang dimana makhluk hidup diceritakan mulai menghuni bulan dan bumi dipenuhi dengan manusia hybrid, buku pertama mengisahkan tentang Cinder Linh, seorang mekanik perempuan pemilik lapak yang menerima order untuk mereparasi robot android seorang pelanggan. Pelanggan tersebut ternyata adalah Prince Kaito, putra mahkota kerajaan Eastern Commonwealth. Ganteng, berkharisma, sama sekali ga minta dipanggil 'Yang Mulia', jauh-jauh keluar istana khusus untuk menemui perempuan yatim piatu dan berbau oli mesin seperti Cinder. So FTV, right?



Kaisar Commonwealth dikisahkan meninggal terserang wabah yang telah merebak di bumi selama 12 tahun, dan memaksa Kai untuk naik tahta menggantikan ayahnya. Baru lima menit Kai berduka, penguasa tiran Lunar, Queen Levana tiba-tiba menghubunginya untuk menagih perjanjian perdamaian antar planet melalui ikatan pernikahan. Sementara itu, Cinder yang juga baru saja kehilangan saudara tirinya akibat wabah, akhirnya menyadari apa motif Queen Levana sebenarnya, serta menemukan siapa sebenarnya dirinya. Namun, ketika Cinder nekat merangsek pesta dansa yang diadakan kekaisaran untuk menyadarkan Emperor Kai akan bahaya dari Levana, situasi berbalik dan ia justru dituduh sebagai pengacau yang membahayakan perdamaian dua kekaisaran. Volume 1 berakhir dengan Cinder dijebloskan ke dalam penjara, dan pakta perdamaian lagi-lagi belum bisa terwujud.

Buku kedua, Scarlet, dibuka dengan adegan seorang anak perempuan yang kesal karena detektif setempat memutuskan neneknya yang menghilang memang sudah pikun dan kemungkinan bunuh diri. Selagi ia terjebak di tengah-tengah pelanggan rumah makan yang sedang beramai-ramai menghina Cinder Linh, sang pengacau pesta kekaisaran yang ternyata adalah warga kelas dua Cyborg, Scarlet Benoit dengan nekat membela anak perempuan enam belas tahun yang ternyata adalah Lunar tersebut. Situasi tidak berakhir mulus, yang memaksa Scarlet untuk kabur ke rumah. Ia diikuti oleh seorang pria yang sebelumnya ia temui di rumah makan, yang ternyata memiliki petunjuk mengenai neneknya yang diculik karena menyimpan suatu rahasia. Sementara itu, Cinder diceritakan berhasil kabur dari penjara dengan bantuan tahanan lain bernama Thorne. Keduanya menjadi buronan kekaisaran dengan menumpang kapal curian.

Secara garis besar, alur cerita yang ditulis Marissa Meyer sebenarnya sangat FTV. Namun, ia berhasil menggambarkan berbagai macam konflik dengan apik, sehingga intensitas cerita bisa dimanage dengan pas sampai ke akhir buku. Terlepas dari kesan awal yang FTV banget, perkembangan cerita tiap buku sebenarnya cukup berbobot. Marissa Meyer ga hanya memfokuskan cerita pada hubungan Kai - Cinder - Queen Levana, tetapi juga menggali konflik politik antar kekaisaran, perdebatan kepentingan dengan pimpinan provinsi di bawahnya, dan bagaimana penguasa menghadapi konflik batin ketika harus dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama bodoh. Konflik yang rame dan multidimensi ditambah dengan adegan action di sana-sinilah, yang membuat membaca The Lunar Chronicles jadi seru. Alih-alih FTV, eksekusi penceritaan Meyer lebih mengingatkan saya pada bagaimana para scriptwriter Kdrama menuliskan alur drama mingguan mereka. Not quite to the point seperti Jdrama, tetapi muter-muternya masih sangat bisa dinikmati.

Serial ini sedikit banyak mengajarkan saya bahwa being a political leader is awful, sometimes what brings the greater good is indeed the most nonsensible choice available. Bisa jadi, keputusan-keputusan bodoh yang diambil pemerintah memang ada alasannya, and at that point memang pilihan itulah yang akan membawa negara menuju the greater good. Assuming that the leader put their integrity in the right basket, of course.

And having someone constantly throwing tantrum as a leader means disaster for everyone. Courtesy of Queen Levana.

The Lunar Chronicles ini bukunya nyambung-nyambung ya. Jadi kalau pembaca baca buku-bukunya secara acak, mungkin akan miss sama beberapa konteks adegan yang ditampilkan. Pembaca mungkin akan paham-paham aja sih, cuma nikmatnya jadi sepotong. Soalnya masing-masing installment punya fokus dan step-stepnya sendiri-sendiri dalam drama tiga orang yang saling 'cinta' ini. Ga seperti let's say Harry Potter atau Percy Jackson dimana tiap buku selalu ditutup dengan mission accomplishment, misi yang dijalani Cinder baru akan selesai di buku 4. Kinda reminds me with how Maggie Stiefvater wrote The Raven Cycle, cuma ini versi less frustrating nya haha.

(I swear baca The Raven Cycle tuh lelah banget, banyak banget adegan yang ga jelas kontribusinya buat keseluruhan plot)

Buku 1: Cinder fokus ke pengenalan tiga tokoh yang saling berhubungan: Cinder - Kaito - Levana.

Buku 2: Scarlet lebih banyak berfokus ke petualangan Cinder dalam pelarian, dengan penambahan tokoh baru Scarlet dan Wolf.

Overall, Cinder Linh masih menjadi center of plot baik di buku pertama maupun buku kedua. Potongan adegan dari sudut pandang Scarlet dan Wolf mungkin terasa agak filler di awal-awal, tapi akhirnya benang merah antara Cinder dan Scarlet-Wolf terhubung di tengah-tengah buku. Dengan adanya tambahan karakter Scarlet dan Wolf, part Kai dan Levana memang jadi agak berkurang. Tapi Marissa tetap menjaga bobot dan purpose kemunculan mereka terhadap keseluruhan plot, sehingga bagian mereka di buku kedua ga terasa filler.

Saya belum selesai baca buku 3, tetapi sepertinya cerita masih akan fokus pada kehidupan Cinder Linh dalam pelarian, dengan tambahan karakter-karakter baru seperti di dua buku sebelumnya. Yang bisa saya spoil: seperti judulnya: Cress, nama main character tambahan di buku 3 ini juga bernama Cress.
Finally we arrived at why I wrote the title of this post that cringy way... Well sebenernya ini karena saya udah attached banget sama Kai (walaupun baru selesai buku 2).

I hope I'm not biased karena saya sempet ngebiasin penyanyi Kpop yang namanya (EXO) Kai. Atau karena saya juga suka banget tokoh di manga kesayangan saya yang namanya Kaito (Kid).

(I'm totally not imagining Prince Kai having face like 2012-2013 Kai while having royal outfit similar to what Kaito is using while in duty, okay. Or Kai wearing that red royal outfit at Exordium dot. Leave me alone)

EXO Kai pic credit: Asia Today
Kaito Kid pic credit: edogawaconan.com


--
Book 3 & 4 review here

--
You can get your copy here:
The Lunar Chronicles #1 - Cinder
- Google Playbook
- Amazon (Kindle)

The Lunar Chronicles #2 - Scarlet
- Google Playbook
- Amazon (Kindle)

No comments:

Post a Comment