Sep 25, 2020

Literally: A Story of Race To The Sun

My love for Rick Riordan's writings udah mengacaukan feeling brain saya. Total buku Rick Riordan Presents yang sudah saya selesaikan saat ini adalah 4 judul, dengan skor masing-masing:

This is a personal opinion, okay.


Dengan hasil yang fifty-fifty ini, dan fakta bahwa Uncle Rick did not write any of them stories, saya seharusnya sudah mulai menurunkan ekspektasi saya terhadap any of them books dan menikmati ini buku seperti kalo saya ga kenal Uncle Rick. But still, yeah. 




Anyway. Buku ini bercerita tentang seorang ABG dengan keturunan monsterslayer berlatar mitologi Navajo (salah satu dari sekian kelompok indigeneous people of the US - atau sering kita sebut suku Indian). Suatu hari, tiba-tiba ia melihat seorang (seekor?) monster datang ke sekolahnya, namun dengan wujud manusia normal yang nampak terhormat. Sebagai satu-satunya orang yang mampu melihat wujud monster tersebut sebenarnya, ia harus memastikan Ayah dan adiknya aman dari kejaran makhluk tersebut. Masalahnya, Mr. Charles, sang monster, ternyata menyamar sebagai calon bos besar Ayahnya.

Benar saja kan, Ayahnya diculik Mr. Charles. Dengan petunjuk dari Mr. Yazzie, kadal bertanduk yang ternyata adalah tetua - semacam guardian  I guess? - Nizhoni, Mac dan Davery memulai perjalanan mereka menuju The House of the Sun untuk mendapatkan senjata yang dapat mengalahkan monster. Tentu saja perjalanan mereka tidak mudah, mereka harus memperoleh 4 hadiah terbaik untuk Spider Woman, yang akan menunjukkan kepada mereka Jalan Pelangi, jalan untuk mencapai Rumah Matahari.

This theme could turn good. Masalahnya, somehow buku ini gagal menarik dan memaksa saya untuk terus membaca. Padahal, petualangannya cukup kompleks. Dalam 182 halaman, para tokoh telah dihadapkan dengan banyak sekali tantangan yang seharusnya cukup memuaskan dahaga saya akan kesialan tokoh. Apa asiknya novel kalau main character nya punya plot cerita yang mulus, bukan?

Poin-poin petualangan dalam plot buku ini rasanya seperti...grocery list? Memang ada banyak sekali hambatan dalam perjalanan Nizhoni, tetapi saya ga bisa menangkap serunya. I feel like reading a Cinderella book, dimana plot-plot lewat begitu saja tanpa bisa menarik adrenalin dan hati saya.

Saya tidak bisa merasakan Nizhoni yang (harusnya) sedang terjepit, berpacu dengan waktu dan berusaha mati-matian berusaha menyelamatkan Ayahnya.

Saya tidak bisa merasakan Nizhoni yang (harusnya) terguncang, melihat Mac, adiknya, tiba-tiba menghilang.

Saya tidak bisa merasakan Nizhoni yang (harusnya) sudah berada di titik kritis setelah lagi-lagi sahabatnya gagal menghadapi ujian.


Pun dari penggambaran setting dan karakter mitologi, saya merasa mereka hanya dijadikan karakter tambahan. Semacam bumbu penyedap,  agar cerita tidak kosong. I do aware kalau buku ini bukan buku referensi budaya, sehingga saya ga seharusnya mengharapkan informasi mengenai mitologi Navajo. Tapi saya rasa keterlibatan mereka dalam cerita benar-benar sangat kurang, terutama untuk buku yang ditulis di bawah brand Rick Riordan Presents. Jika kita ibaratkan ujian yang harus dihadapi Nizhoni cs ini adalah seleksi masuk universitas, makhluk mitologinya ini seperti hanya jadi staff yang bertugas mengantarkan main characters ke actual trial. No clear personality, no actual relationship with main characters, pokoknya benar-benar hanya numpang lewat.

Kok rasanya saya lebih banyak dapat insight mengenai indigenous people dari karakter Piper McLean di Heroes of Olympus, padahal dia cuma satu dari tujuh tokoh utama. Uncle Rick bahkan hampir selalu fokus pada latar belakang Piper sebagai putri Aphrodite, daripada sebagai keturunan Cherokee.

Apa mungkin penulis memang ingin fokus ke judul, ya? Race to The Sun, berarti memang cerita difokuskan kepada perjuangan Nizhoni untuk menghadapi ujian dalam perjalanan mencapai Rumah Matahari. But I don't know. I feel like despite the intention, seharusnya cerita ini bisa dibuat lebih menarik lagi.

Spoiler: Namun, saya tetap mau kasih credit ke satu bagian ending yang menurut saya cukup menyentuh. Dalam buku ini, karakter Nizhoni diceritakan sebagai anak perempuan yang baru puber, craving for attention dan desperate for being famous. Namun, ketika ia dipaksa memilih, Rebecca menunjukkan character development untuk tokoh Nizhoni yang cukup baik dengan akhirnya memutuskan untuk melepas kesempatan untuk menjadi hero, untuk menjadi terkenal, demi bisa menolong orang-orang yang disayanginya.

Bagaimanapun, saya tetap harus fair. Buku ini adalah buku middle grade, yang memang ditujukan untuk audiens anak-anak SMP. Sedangkan usia saya sudah dua kalinya anak SMP, jadi mungkin saya tanpa sadar memasang ekspektasi yang terlalu tinggi. (I'm not blaming several book titles that ruins my standard, I swear).

Walaupun saya tidak terlalu suka buku ini, tetapi audiens yang tepat mungkin akan relate dengan petualangan dan jungkir baliknya emosi Nizhoni selama menghadapi tantangan-tantangan dalam perjalanannya, menuju Rumah Matahari.


Quick Review:


 

Rating: 3 / 5


----


Get your ebook here:


- Amazon book (kindle)

- Google Playbook


No comments:

Post a Comment