Jul 13, 2020

Dragon Pearl: Gumiho Adventure in Space Alternate Universe

Fans mengenal Rick Riordan sebagai 'storyteller of the Gods'. Ketiga (empat) Gods AU nya sukses besar, walaupun belum nembus best seller fantasy books - at least in any list I randomly googled, tapi followersnya di twitter lumayan aktif lah. Sebagai late comer, saya agak menyesal kenapa saya memilih untuk bersikap "batu" ke racun temen line square Harry Potter saya pas mereka merekomendasikan Percy Jackson. Or any Rick Riordan books. Karena tulisan beliau memang se-worth the hype itu. Dari remah-remah yang saya ingat (karena saya bacanya ngebut - that's why saya belum bisa nulis review karena saya bahkan ga inget alurnya), ciri khas buku beliau adalah: bahasa yang ringan, tokoh utama yang ceplas ceplos (ini poin plus, karena story tellingnya jelas ga snoozefest), dan petualangan yang tidak pelit action. Dan somehow, Uncle Rick berhasil membuat para Roman, Greek, dan Norse deities terasa sangat human dan relatable.

Dengan dirilisnya Pandava series, yang lagi-lagi menceritakan tentang demigods, saya awalnya mengira semua serial Rick Riordan Presents bakalan menceritakan dewa-dewi sesuai daerah asal para author. Makanya, melihat ada nama Korea di salah satu buku, sisa-sisa fans Kpop di dalam otak saya menggelitik saya untuk menyimpan karya ini ke tab jadul saya. Kapan lagi baca dedewaan Korea selain Dewa-Dewa yang Bangkit di Timur kan?

Korea terus.



Anyway, sesuai dengan judul postingan kali ini, novel Dragon Pearl karya Yoon Ha Lee ternyata berfokus pada legend creatures, instead of the divinities. Gumiho adalah siluman rubah berekor sembilan (hence the 'Gu') dalam mitologi Korea, yang sampai saya membaca ini, masih saya asosiasikan dengan paras Shin Minah yang memainkan tokoh tersebut di Kdrama tahun 2010 'My Girlfriend is a Gumiho'. Gumiho a la Shin Minah diceritakan memiliki paras yang mampu menyihir siapapun yang dilewatinya, meskipun ia melakukan hal-hal absurd seperti berjalan-jalan di aspal tanpa alas kaki, misalnya.

Gumiho yang diceritakan Yoon diceritakan lebih dari sekedar memiliki kemampuan sihir untuk menarik pria. Dragon Pearl mengisahkan seorang (seekor?) siluman rubah yang pergi mencari kebenaran akan kakaknya yang dituduh berkhianat oleh instansi tempat ia bekerja sebagai tentara. Di tengah-tengah misinya, ia bertemu dragon/naga dan dokkaebi/goblin (yang sampai sekarang image-nya masih melekat pada hot uncle Gong Yoo). Kedekatan pertemanan mereka ga terlalu kelihatan sampai cerita tiba di bagian paling seru, dimana mereka akhirnya terlibat misi bertiga untuk mendapatkan mutiara Dragon Pearl sebelum dirampas oleh orang yang salah.

Beda tangan, beda jahitan. Beda author, beda juga gaya penulisannya. Meskipun masih satu supervisor project (entah apa role Uncle Rick di RRP), gaya bercerita dan pengkarakteran Yoon agak berbeda. Pandava series, Tristan Strong, dan Race to the Sun cukup kuat mengadopsi gaya penulisan Riordian yang ringan (disclaimer untuk dua terakhir, saya baru baca sneakpeek-nya di buku Aru Shah #3. I might take back this testimony after I finished with them) dan penuh humor. Sedangkan tulisan Yoon cenderung datar dan formal, setidaknya kalau disandingkan dengan seri RRP yang lain.

Dragon Pearl dibuka dengan narasi yang cenderung serius dan penuh paragraf panjang, yang membuatnya somewhat depressing (walaupun chapter pertama undeniably lumayan intens setelah dibaca). Gaya narasi first person yang berbeda ini membuat hook membaca buku ini agak kurang 'narik' sejak awal, sehingga kurang memaksa saya untuk maksain baca buku ini in one sitting. Saya suka dengan plot yang rame dan intens right from the beginning, dan semakin menegangkan ke belakang. Namun, dengan kurangnya unsur komedi dan ga munculnya karakter yang bisa mengocok perut, jujur buku ini lumayan bikin saya ngantuk di bab-bab awal. Karena sebagian besar plot berputar pada kegiatan menyamar dan ngumpet si tokoh utama, kalian juga ga akan banyak menemukan adegan berantem di sini, at least sampai seperempat bagian akhir buku.

Tapi bukan berarti Dragon Pearl benar-benar membosankan, sih. How the plot grow thickens along with the turn of pages cukup ampuh membuat saya stay nyelesein buku ini. Feel yang saya dapat dari membaca buku ini agak mirip dengan ketika saya membaca Harry Potter, yang bukunya lumayan heavily rely on the plot itself (dan kurang didukung oleh aspek-aspek lain misalnya narasi yang menyenangkan pas dibaca, atau main character yang stan material. I do like Fred and George Weasley though, sayangnya mereka ga banyak dieksplor. Shame.

Mungkin karena memang ga ada tokoh yang benar-benar ekspresif, meledak-ledak, dan 'pedes', ending dari cerita ini terasa agak...'gitu doang?'. Padahal sebenarnya endingnya cakep, tapi karena karakternya ga dramatis, penggambaran plot twist dan klimaksnya jadi berasa terlalu subtle. Kaya kalo kita naik sepeda di jalan mulus yang elevasinya landai, emang kerasa naik, tapi saking lempengnya, jadinya ga kerasa tahu-tahu udah di klimaks, tahu-tahu udah halaman acknowledgement aja. Kaya orang yang biasa nyetir off-road, tau-tau harus jalan di tol Cipali. Manfaatnya dapet, tapi kaya ga ada sensasinya.

Atau mungkin karena tokoh utamanya terlalu powerful, ya? Dengan kemampuan shape-shifting dan mengendalikan pikiran manusia, Kim Min ini rasanya udah seperti dewa sendiri. Jadinya, misi yang dia jalani bisa dibilang mulus-mulus aja karena kalau ada masalah sedikit, tinggal di-charm aja officer yang bertugas. Atau ganti penampilan. Padahal dari hal-hal yang bikin seru dari 6 serial demigods yang saya baca, serta buku lainnya yang saya approve banget-banget, salah satunya adalah tentang bagaimana main characters cari cara biar berhasil nembus situasi-situasi yang just impossible. Walaupun in most instance lolosnya mereka hanya buat pindah ke next fucked up situation aja, sampe serial habis. Sebenarnya di bab-bab awal, Kim Min terlihat menemui banyak masalah yang 'legit' karena keterbatasannya, tapi begitu dia berhasil masuk spaceship dan tahu apa yang harus dilakukan, semuanya terlihat mudah sehingga perkembangan konflik terasa geli-geli aja. Seru, tegang, tapi ga drastis banget.

Anyway, saya ga lihat ada sneak peek apapun di belakang buku. Sepertinya buku ini memang cuma standalone aja, bukan serial seperti buku RRP yang lain.

Small note though, kalau kalian udah sampai setengah buku dan ngerasa buku ini datar, trust me, the latter-half of the book is actually good. But if you just finished reading Rick Riordan books, you might need to tone your expectation down right from the beginning. This is indeed Rick Riordan Present book, but it's written by Yoon Ha Lee.

By the way, it seems Shin Minah's Gumiho interpretation will still lingers inside my brain for a bit longer. And Heroes of Olympus still wins.

--
get your ebook here:
amazon book (kindle)
google playbook

No comments:

Post a Comment