Dec 27, 2020

Girls in the Dark: Dee's Personal Introduction to the Mindblowing Rashomon Style

Buku-buku karya penulis Jepang Akiyoshi Rikako sudah bolak-balik di-hype di literarybase. Jadi seharusnya saya bisa put the tiniest bit of expectation to her writing. Afterall, this piece is turned out to be a good book anyone can enjoy.

Mungkin karena saya baca buku terjemahan Indonesia, tetapi saya berhasil baca buku ini hanya dalam waktu kurang dari tiga jam.

Dan dua jam saya ternyata tidak terbuang percuma, yay!

 


Cerita dalam Girls in the Dark (judul asli: Ankoku Joshi) dibuka dengan narasi dari ketua baru klub sastra yang membuka sesi pembacaan cerita mereka. 

Tema pertemuan kali ini adalah ingatan para anggota mengenai mendiang ketua klub sebelumnya yang bernama Shiraishi Itsumi, yang ditemukan meninggal setelah terjatuh dari atap sekolah. Cerita langsung bergulir ke pembaca pertama, dimana ia mengakui bahwa salah seorang dari anggota klub tersebut pernah terlibat masalah besar dengan Itsumi, yang membuat Itsumi ketakutan.  Baru saja kita dihebohkan dengan tuduhan serius tersebut, di bab selanjutnya kita disuguhkan "kebenaran" versi pembaca kedua, yang tidak hanya menyangkal hampir seluruh tuduhan pembaca pertama, tetapi mengklaim bahwa anggota lainnya lah yang membunuh sang mantan ketua. 

Mungkin karena memang ini adalah kali pertama saya membaca buku dengan gaya story telling rashomon, jadi semuanya serba positif. Rasanya menyenangkan aja membaca cara bercerita yang beda dari novel-novel misteri yang sudah saya baca sebelumnya. Setiap bab nya penuh kejutan, "hah kok bisa testimoni dari dia beda banget gitu". Saya kagetan di dua bab pertama, karena begitu saya udah ngerti polanya, saya tinggal menikmati "kegilaan" yang muncul aja. Apanya sih yang bakal beda, bagaimana pembaca berikutnya menuliskan tuduhan yang pasti akan...menarik. Semacam itulah. 

But apparently this kind of writing udah lumayan umum di dunia sastra, sehingga saya mungkin akan lebih objektif lagi menilai ketika saya membaca karya seperti ini dengan topik atau dari penulis yang lain. Yang jelas, pengalaman saya membaca this very book sangat menyenangkan. Page-turner, full of surprise, predictable tetapi tidak membosankan. Saya sempat baca ulasan di goodreads bahwa buku ini ga sebagus buku Akiyoshi-sensei yang lain. Apparently not even the best rashomon novel. Which is... good? Berarti saya bisa expect buku-buku lain yang lebih menyenangkan dari penulis atau genre ini, hehe.
 

Spoiler garis keras

Setelah dua tiga bab, saya kurang lebih sudah bisa menangkap pola dari tuduhan-tuduhan yang akan dilontarkan (hanya tinggal menunggu tuduhan macam apa yang akan muncul). Sepanjang membaca kelima testimoni, saya menyadari bahwa kelima anggota sama sekali tidak pernah mengarahkan tuduhan kepada sang ketua baru. Saya langsung punya firasat, jangan-jangan ketua barunya ini yang sebenernya jadi pelakunya...

Spoiler garis keras pake garis bawah: I was right. Tapi TIDAK dengan cara selugu yang saya kira.

Tebakan saya bener, tapi saya ga ngerasa puas, karena ajhgjyfajemirjxehnra I was not exactly correct? T_T 

Double twist begini memang khasnya rashomon kah? Atau memang novel misteri Jepang khasnya seperti ini?

No comments:

Post a Comment