Read Agatha Christie Entry #2: Mystery with a touch of Love
...Or should it be. Saya lagi agak kurang semangat untuk bikin versi instagram dari postingan ini.
Perkenalan saya dengan The Big Four (Empat Besar) dimulai dalam suasana emosi yang masih anget-anget MTP-Kamonohashi-ish, jadi mohon maaf nih kalo review saya bakalan lagi-lagi balik ke reference Sherlock Holmes, hahahah. Hercule Poirot is wonderful too, I swear. But his British counterpart was just really way over-exposed and over-adapted. Not that I complained, by the way.
(Yes, I somehow picked the Hercule Poirot story again this month)
The Big Four dibuka dengan Capt. Hastings yang menemukan Poirot di rumahnya, sedang terburu-buru hendak berangkat ke Amerika Latin. Out of nowhere, Poirot bertanya perihal "Empat Besar", dan langsung menceritakan bahwa mereka adalah organisasi kriminal yang dipentol-i oleh empat orang. Dan ujug-ujug, seseorang masuk ke rumah Poirot dalam kondisi sekarat, menuliskan angka empat berkali-kali, lalu "lewat". Ketika Poirot akhirnya bersikeras untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba Poirot mengajak Hastings untuk lompat dari kereta dan melarikan diri, kembali ke rumahnya. Ternyata nyawa Poirot sedang diincar!
Ketika mereka kembali ke rumah Poirot, mereka bertemu dengan seseorang dari Rumah Sakit Jiwa yang hendak mencari pasiennya yang kabur dari rumah sakit jiwa. Poirot akhirnya sadar bahwa pria dari Rumah Sakit Jiwa itu adalah si "Nomor Empat", sang algojo Empat Besar. Cerita kemudian bergulir ke pencarian tentang siapa saja "Empat Besar" ini.
Pengungkapan poin-poin di cerita ini rasanya seperti "disuapin", serba ujug-ujug. Out of nowhere, pembaca dikasih tahu kalau ada organisasi kriminal yang dikuasai oleh "Empat Besar", dimana pada poin tersebut bahkan belum ada kasus yang muncul. Satu-satunya orang mati yang muncul cuma seorang "pasien RSJ" di awal cerita, yang ternyata adalah agen rahasia Inggris untuk Rusia. Poirot bahkan ga berusaha memecahkan kasus(?) tersebut dan langsung menyimpulkan bahwa orang ini diancam dan dibunuh oleh Empat Besar.
Bagimana keempat pentolan organisasi kriminal diungkapkan, juga terkesan grasa-grusu. Pokoknya tahu-tahu A, B, C adalah si nomor 2,3, dan 4. Saya sampai harus baca ulang untuk memastikan bahwa saya tidak ketinggalan pemecahan "who"nya (mengingat di sini ga exactly ada kasus yang harus dipecahkan, cuma kejar-kejaran antara Poirot dan Empat Besar aja), dan indeed, memang sangat disuapin. Satu-satunya anggota Empat Besar yang berhasil saya tebak cuma sang wanita Nomor Tiga, tetapi itu pun sebenarnya bukan karena saya memahami ceritanya. Saya berhasil menebak karena memang pengungkapannya klise aja, standar plot-plot novel kebanyakan.
Man, I don't even know how I'd post this in my instagram. Sebenarnya ceritanya bagus. Saya bahkan ga ngantuk ketika baca ini, ga seperti biasanya ketika saya baca karangan Agatha Christie yang lain (saya ga tahu penyebab saya ngantuk, apakah karena ada masalah di terjemahan atau memang ceritanya droning). Tapi untuk ukuran cerita detektif, rasanya ga nendang aja kalo pembaca ga diberi kesempatan mikir dan menerka-nerka dahulu siapa pelakunya. Rasanya cuma seperti membaca plot cerita biasa, bukan plot cerita detektif.
Saya ga tahu seoriginal apa konsep arch-nemesis detektif vs criminal mastermind a la Sherlock Holmes vs James Moriarty yang ditulis Arthur Conan Doyle di akhir tahun 1800an itu. Tapi melihat Agatha Christie menulis cerita dengan dinamika yang mirip, saya jadi ga bisa mengesampingkan pemikiran suudzon, bahwa beliau memang berniat untuk membuat the Sherlock Holmes knock-off dengan karakter Hercule Poirot dan Arthur Hastings ini.
But then again, mungkin saya jadi agak meh karena cerita Sherlock Holmes sendiri sudah sangat over-exposed. Di dua tahun terakhir ini saja, saya nemu dua manga Jepang bertemakan Sherlock Holmes. ( First manga: Moriarty the Patriot | Second manga: Ron Kamonohashi: Deranged Detective). Dan selama dua tahun berturut-turut, Netflix bikin karya adaptasi Sherlock Holmes juga. (First adaptation Enola Holmes - 2020 | Second adaptation: The Irregulars - 2021) Jadi, baca buku ini di saat saya lagi kebanjiran konten Holmes, ya saya jadi agak sensitif melihat Poirot-Hastings vs The Big Four dan susah banget untuk ga membanding-bandingkan dengan dinamika Holmes-Watson vs Professor Moriarty.
Rate: 4 / 5
PS: Nikmati aja bukunya apa adanya, jangan dibanding-bandingkan sama cerita detektif punya tetangga sebelah
Tahu-tahu udah D-56 aja dong dari perilisan movie 24: The Scarlet Bullet. Jujur saya udah mulai sering menggelinjang sendiri, fidgeting kesana kemari geregetan kenapa bulan April ga bisa datang lebih cepat. Walaupun gatau bakalan nonton apa engga (lbr saya masih paranoid untuk datang ke bioskop dan berdekatan sama orang ga dikenal di ruangan tanpa ventilasi), tapi begitu tahu movie terbaru akhirnya rilis, DAN PRE-RELEASENYA BAKALAN TAYANG JUGA DI INDONESIA, itu aja udah kepuasan tersendiri.
Yup, dua minggu lalu ODEX Anime baru aja mengumumkan kalo film omnibus
(tayangan pembuka, prerelease dari The Scarlet
Bullet), The Scarlet Alibi akan tayang di Indonesia mulai tanggal 10 Maret 2021,
seperti biasa hanya di jaringan CGV (me be dragging my ass to Depok cuma buat ini -- tapi di hari yang sama sebenernya ada RUPS BTN sih jadi bisa sekalian?). Kalau movie prolognya aja tayang, harusnya main movie nya juga tayang dong? :D
Mention about Detective Conan: The Scarlet Alibi di detik 4:01
The Scarlet Alibi sendiri sudah tayang di Jepang dari tanggal 13 Februari kemarin, dan rekor penjualan terakhir per 17 Februari, revenue yang dihasilkan sudah mencapai 300 juta yen. Rekor penjualan untuk movie prolog dipegang oleh movie Puella Magi Madoka Magica yang mencatat rekor 600 juta yen. Let's see apakah keluarga Akai bisa mengalahkan rekor ini?
Anyway, IT'S AKAI'S TIME, MOTHERFOCKER!
Sekalian mau ngelanjutin ranking movie Detective Conan yang sempet mandeg, hehe. Sebelumnya disclaimer dulu, bahwa this is my personal rank, starting dari least favorite to my ultimate loml. Will be full of bias obviously, jadi selera saya mungkin beda dengan selera yang lain.
23 movie yang udah tayang ini saya bagi reviewnya menjadi 4 part. Postingan sebelumnya bisa diakses di sini: rank 17-23 dan rank 11-16
Ekspektasi nol di awal film langsung sirna begitu klien Kogoro menahan Conan dan memintanya bergabung dengan Kogoro untuk memecahkan sebuah kasus misterius, yang bahkan tidak diberitahu detailnya oleh sang klien. Untuk menjamin pemecahan kasus oleh Kogoro dan Conan, Ran dan Detective Kids dijadikan sandera di sebuah taman bermain. Dan entah bagaimana, sang klien mengetahui bahwa Conan adalah Shinichi Kudou.
Di tengah upaya pemecahan kasus, Conan bertemu dengan Heiji dan Hakuba Saguru, yang juga sedang berusaha melepaskan orang "tersayang" mereka yang disandera.
Oh, spoiler: Ternyata movie ini bukan bercerita tentang Black Organization. But it was still thrilling I guess, having the name "Kudou Shinichi" casually thrown around like nothing.
Oh, btw kita juga dapat complete line-up Four Genius Gosho Boys lengkap. So, yay?
Though if I'm being blunt here, kasusnya sebenernya biasa aja. Cuma karena nyawa Ran, Kazuha, "ceweknya Hakuba", dan the Detective Boys dalam bahaya, dan kita dapet paket komplit the Gosho Boys, makanya jadilah movie ini terasa fun buat ditonton.
9. DCM 15 - The Quarter of Silence (2011)
Movie 15 dibuka dengan kasus pemboman yang mengincar Gubernur Tokyo, Asakura. Penonton sudah disuguhkan dengan bagaimana Conan berjuang menyelamatkan seluruh penumpang kereta Touto Line yang baru diresmikan, bahkan sebelum opening film. Namun, ketika ditonton terus ternyata kasus di film ini tidak terlalu spesial, cuma pembunuhan biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam dua kecelakaan besar 8 tahun sebelumnya, sebelum Desa Kitanosawa ditenggelamkan ke dasar bendungan.
Saya appreciate beberapa detail-detail kecil sih, seperti character development Mitsuhiko dan Genta setelah mereka bertengkar, kecerobohan Conan yang lupa menyembunyikan bukti bahwa ia adalah Kudou Shinichi (the almighty Kudou Shinichi does make mistake too!), sampai anekdot kecil yang menyebutkan bahwa bocah 15 tahun yang amnesia selama 8 tahun adalah kebalikan total dari Ai dan Conan, dua orang dewasa yang terjebak dalam tubuh anak-anak.
Hal yang juga menarik bagi saya adalah, akhirnya Conan tidak sepenuhnya berperan sebagai protagonis yang rempong sendiri mengatur strategi menyelamatkan orang lain, karena dia malah terjebak di bawah longsoran salju di scene klimaks. Tapi justru karena main characternya hampir mati itu sih, yang membuat ketegangan (dan pengen ikut nangis)-nya selama nonton movie ini jadi berlipat-lipat.
Yah walaupun kalo kita udah paham story tellingnya Aoyama-sensei yang predictable abis, harusnya kita gausah deg-degan juga tahu sih kalo Cone ga mungkin mati :D
8. DCM 7 - Crossroads in the Ancient Capital (2003)
Movie 7 dibuka dengan bocah perempuan berkimono yang bernyanyi di bawah guguran kelopak bunga sakura. Tanpa ia sadari, Heiji kecil sedang menatapnya dari balik teralis sebuah kuil, dengan tatapan penuh cinta (duileh).
Kembali ke masa sekarang, Heiji sedang bergerak untuk menyelidiki kasus pembunuhan beruntun yang terjadi di Osaka, Tokyo, dan Kyoto. Kepolisian menyebutnya "Kasus Pembunuhan Yoshitsune", karena semua korban adalah anggota sebuah perkumpulan dimana anggota-anggotanya dipanggil dengan julukan yang mengambil dari nama pembantu Yoshitsune. Ia juga berniat untuk menemukan cinta pertamanya yang ia lihat di bawah guguran kelopak sakura 8 tahun lalu, sekaligus mengembalikan bola kristal yang ia temukan tepat dimana sang gadis berdiri.
Kasus yang harus mereka berdua pecahkan ternyata cukup kompleks, karena kasus belum juga terpecahkan sampai di akhir-akhir sekali. Di tengah penyelidikan, Heiji berkali-kali hampir mati diserang oleh pria bertopeng, dari anak panah sampai pisau pendek. Penyerangan terakhir akhirnya memaksa Heiji untuk dirawat di rumah sakit, walaupun hal tersebut tetap tidak menyurutkan niatnya untuk tetap melanjutkan penyelidikan. Dalam kondisi yang lemah dan sempoyongan, Heiji mendapat kabar bahwa Kazuha diculik oleh pelaku, dan ia harus datang sendiri ke tempat yang sudah ditentukan dalam waktu satu jam.
Selain kasus utama, penonton juga dibuat bertanya-tanya siapakah cinta pertama yang dilihat Heiji ketika ia berumur sembilan dulu. Heiji sempat mengira bahwa maiko (penari di rumah minum teh) bernama Suzu Chika adalah orang yang dicarinya, karena ia menyanyikan lagu yang sama persis dengan apa yang didengarnya waktu kecil. Apakah benar dirinyalah gadis yang dicari-cari Heiji, mendingan kalian nonton sendiri aja movie ini sampai selesai.
Anyway, saya harus memberi applause kepada tim produser yang cukup kreatif dalam mencari penyelesaian dari situasi buruk yang dialami Heiji-Conan(?)-Kazuha.
Final note: Ending theme movie ini bagus banget, menurut saya salah satu yang terbaik dari 23 movie Conan yang sudah mengudara sampai tahun 2019.
7. DCM 12 - Full Score of Fear (2008)
Movie 12 dibuka dengan aransemen musik klasik yang dimainkan pada sebuah sesi latihan resital di Akademi Musik Doumoto. Latihan tersebut ternyata berakhir bencana, karena gedung tiba-tiba meledak. Tidak terlalu lama setelah salam pembuka, kita disuguhkan kembali dengan aransemen klasik Ave Maria, hasil gubahan Charles Francois Gounod.
Kasus penyerangan ternyata belum berakhir. Conan menyadari bahwa si pelaku ternyata mengincar musisi-musisi yang akan tampil dalam konser, termasuk soprano Akiba Reiko. Entah mujur entah sial, Genta malah meminum teh berisi racun yang sebenarnya ditujukan untuk Reiko, sehingga Reiko selamat. Gladi resik konser masih berjalan dengan normal, namun Conan dan Reiko menyadari bahwa nada yang dikeluarkan instrumen organ ada yang tidak beres. Di tengah penyelidikan, Conan dan Reiko tiba-tiba diserang dan dihanyutkan ke tengah danau.
Perjuangan Conan dan Reiko untuk kembali ke hall konser lumayan penuh drama, tapi justru di sini lah poin seru nya. Tanpa handphone, mereka harus memutar otak untuk bisa memanggil polisi dan membawa mereka segera kembali ke acara konser. Di sini saya jadi tahu, bahwa Conan (Shinichi) sebenarnya punya naluri titik nada mutlak (come on, can't Kudou Shinichi have any flaw?). Selain itu, mereka berdua juga harus memutar otak untuk menyelamatkan gedung pertunjukan yang terancam hancur di akhir konser.
Saya mungkin bias, tetapi poin dari film ini yang membuat saya meletakkan film ini di peringkat setinggi ini adalah karena penampilan musik klasiknya sukses bikin saya mbrambang. Saya bahkan bukan penikmat musik Eropa, tetapi saya nangis mendengarkan beberapa aransemen klasik yang ditampilkan, seperti Ave Maria dan Amazing Grace. Emang sebagus itu gaes.
Selain itu, saya juga suka banget sama kecerdikan tim produser dalam membuat scene heroik di detik-detik terakhir. Dengan caranya sendiri-sendiri, mereka menyelamatkan ratusan orang yang sedang terhanyut dalam alunan musik klasik, tanpa mengetahui bahwa gedung yang mereka tempati sedang di ambang kehancuran, like literally.
6. DCM 5 - Countdown to Heaven (2001)
Receh-receh kemping Detective Boys agak terusik ketika penonton diperlihatkan Ai alias Sherry, yang terlihat menelepon diam-diam tengah malam dan memberitahukan tempat singgah anak-anak tersebut ketika pulang kemping. Kecurigaan meningkat ketika di frame selanjutnya terlihat Gin dan Vodka yang menyebutkan lokasi yang sama dan berniat membunuh seseorang. Benar saja, beberapa hari setelah mereka mengunjungi gedung yang baru akan diresmikan tersebut, seorang anggota dewan dan seorang programmer yang membantu pembuatan gedung tersebut ditemukan mati terbunuh, dan di dekat mayat mereka ditemukan cangkir sake yang terbelah. Yang lebih mencekam lagi, Gin dan Vodka ternyata telah mengetahui apartemen pribadi milik kakak Haibara dan mengetahui bahwa Ai juga akan pergi ke pesta peresmian gedung tersebut...
To be frank, kasus yang harus dipecahkan Conan sebenarnya biasa aja. Tapi yang bikin atmosfer film jadi menegangkan dan seru adalah karena kita tahu, Black Organization kembali mengejar Ai. Sepanjang pemecahan kasus pembunuhan berantai, Conan juga harus berusaha untuk meng-outwit Gin dan Vodka, untuk melindungi Ai.
Namun, tentu saja Black Organization akan memilih waktu-waktu yang paling fucked-up, yang paling strategis dan mematikan untuk bertindak. Dalam prosesnya kali ini, mereka menjebak seluruh undangan pesta di lantai 75, serta nyaris menembak kepala Sonoko yang khusus hari itu sedang berganti gaya rambut. Conan dan Detective Kids terjebak, sementara Ai yang sudah menyerah melarikan diri dari Black Organization hampir saja memilih mati di gedung yang nyaris hancur itu.