Masih di era per-wibuan (padahal wifi gratis
rumah udah dimatiin idk how I still doing this), watched list anime saya makin
banyak -- walaupun sebagian besar masih muter-muter kalo ga di sport, ya
crime-action-mystery genre.
Kelanjutan dari postingan ini, tahu-tahu saya
sudah mendarat lagi sekian banyak anime sport lain. Beberapa bagus, beberapa b
aja, beberapa meh, ada juga yang pending –ga berani bilang drop karena
physically itu filenya masih ada di handphone saya dan mana tahu saya gabut
banget dan punya cukup mood untuk nonton ulang judul-judul tersebut kan :D
Ada 6 judul, yang akan saya urutkan dari yang
paling whatever (so so) sampe yang paling bagus. Untuk yg masih pending, saya
taruh di paling bawah aja karena I don't think their creator deserve that much
voice out bahwa karya mereka 'jelek'.
Soalnya kan ini lebih ke masalah selera ya.
6. Backflip (Bakuten)
Saya pertama aware tentang anime ini ketika lihat
daftar seiyuu nya. Agak shocking melihat isinya seiyuu main character dan karakter besar semua,
edan.
- Ayumu Murase (Haikyuu: Hinata Shouyou - protagonist)
- Ishikawa Kaito (Haikyuu: Kageyama Tobio - deuteragonist)
- Ono Daisuke (Kuroko no Basuke: Midorima Shintarou - antagonist, Kuroshitsuji: Sebastian Michaelis - deuteragonist, Attack on Titan: Erwin Smith)
- Kamiya Hiroshi (Kuroko no Basuke: Akashi Seijuro - antagonist, Attack on Titan: Levi Ackerman, Noragami: Yato -
protagonist, Heaven's Official Blessing: Xie Lian – protagonist
PLEASE DIA MAH BANYAK BANGET MUNCUL DIMANA2) - Shimono Hiro (Demon Slayer: Zenitsu Agatsuma - deuteragonist, Attack on Titan: Connie Springer)
- Saito Souma (Haikyuu: Yamaguchi Tadashi, Moriarty the Patriot: William James Moriarty - protagonist)
FFFFFFUUUUUUUUUUUU LOOK AT THEM NAMES
Ekspektasi tinggi di awal memang merusak
kenikmatan menonton. Makanya, faktor ini lah yang akhirnya membuat pengalaman
nonton saya jadi agak, eh... kok gini doang?
Setting cerita: tim olahraga yang so-so.
Protagonist: skill biasa-biasa aja.
Deuteragonist: skill mandraguna.
Plot: Meraih mimpi untuk menang kompetisi.
Di tengah: ada konflik yang namanya cedera.
Intinya: typical dari ujung kepala sampai ujung kaki, alias klise.
Dan dengan jumlah episode cuma 12, saya juga ga
bisa ambil banyak pelajaran mengenai rhytmic gymnastic itu seperti apa.
Ilmu-ilmu teknikal, strategi buat menang, hal-hal baru yang biasanya saya dapet
dari sport/game anime, semuanya bener-bener diomongin selewat doang, barely
even there. Plotnya bener-bener fokus ke perjuangan anak-anak ini, dan
bagaimana mereka pengen menang.
I feel like the script writer barely spend any
effort to make their script at least look original? I had watched countless of
plot precisely like that, I can correctly guess what will happen in the next
minutes, and what their next struggle will be.
Kalau saya mau tarik sisi positifnya dari anime
ini adalah: opening theme nya endeus banget. Tipe-tipe yang upbeat, tapi kalem dan effortless
Personal score: 2.5/5
Stream this anime legally in: Youtube
Saya mendarat di anime ini karena kesalah
pahaman: saya kira anime ini adalah anime populer yang banyak banget simbol
infinity(∞) nya seliweran di timeline. Sebuah kegoblokan yang hakiki memang.
Skate leading ternyata adalah olahraga ice
skating fiktif –dalam arti kejuaraannya ga beneran ada. Selama ini kan yang ada
figure skating solo dan pair, nah ini beregu. Satu tim melakukan gerakan-gerakan
dan formasi, kemudian dinilai berdasarkan teknik, tingkat kerumitan, dan
aspek-aspek lain layaknya penilaian figure skating biasanya.
I'd say the plot is leaning toward cliche-ish
spectrum: tentang seorang mantan atlet yang pensiun karena 'mentok', terus
balik lagi ke olahraga tersebut dan getting back his old resolution to win. No
actual plot twist juga, overall klise dan bisa ditebak. Tapi yang saya suka,
setidaknya plot yang standar itu eksekusinya jauh lebih kompleks, deep, dan
engaging.
Hal pertama yang membuat saya lebih puas nonton ini daripada Bakuten adalah, main charactersnya ada satu yang menarik. I am a simp of smart and bold, loud character, dan saya dapet 'sunshine' itu dari karakter deuteragonist: Hayato Sasugai.
My love Hayato <3 |
Between the typical protagonist yang Naruto-ish
(too fire-y) dan karakter rivalnya yang typical perfect genius (borderline
boring character), Hayato ini nih yang akhirnya menyelamatkan ini anime. He’s a
walking database, he’s analytical, he’s a genius strategist. He’s cheerful too,
in a ‘wind’-ish way (bukan yang api, main serudak seruduk kaya our protagonist).
Tipe kakdee bangettt T_T
This does matter, karena nonton anime kan memang
lebih nyenengin kalo ada karakter yang bisa kita gemes-in wkwk
Semakin banyak episode yang diputar, ternyata sekaligus
membuka juga lapisan-lapisan bawang dari para karakter, yang lumayan membuat
plotnya jadi semakin 'berbumbu'. Selain kita jadi tahu cerita dibalik dua
bersaudara jenius, kita juga dikasih lihat bagaimana karakter-karakter lain
juga berjuang sama kerasnya untuk tumbuh. Jadi plot dan developmentnya ini ga
cuma berpusat ke main character dan drama rivalitasnya yang dia alami aja. Despite
those details, scriptnya sendiri ga terlalu mengulik dalam dan mengharu biru ke
history karakternya ini, sehingga main plotnya ga terlalu dragging. Lumayan
padat dan seimbang untuk anime yang selesai di 10 episode - satu season aja.
Afterall, racikan bumbu kan ga boleh overpower the main ingredients ya. Hal tersebut sangat berlaku di anime ini – plot yang biasa
aja dikemas dengan rapih sehingga hasilnya berakhir cakep.
Personal score: 3.5 / 5
Stream this anime legally in: Youtube
4. Kakegurui
Note: Di anime ini banyak permainan berbahaya,
sehingga anak-anak sebaiknya jangan nonton ini dulu.
Nemu anime ini di rekomendasi random anitwt yang
lewat, saya kepincut dengan review yang menyebutkan bahwa 'strategi
permainannya membingungkan tapi seru walaupun ga ngerti'. Sebagai orang yang
ngakunya punya intelegensia tinggi dan able to strategize, tentu saya merasa
tertantang dong nonton ini. Mind game when you can exploit the rule? YES I'M
IN!
Hal pertama yang menarik mata saya adalah
background cerita yang tidak biasa. Hyakkaou Private Academy yang menjadi latar
cerita, diceritakan adalah sekolah khusus untuk kalangan elit. Namun, status
sosial murid-murid di dalamnya ternyata tidak ditentukan oleh prestasi
akademik, tetapi oleh skill mereka dalam game dan judi. Siapapun yang paling
jago, dialah yang menduduki kasta sosial paling atas. Dari setting kaya gini
aja saya udah langsung excited, anjir ini anime berani banget >< Which
actually make sense because afterall, real life politics also involves
bajillions of mind game kan.
Protagonist kita Jabami Yumeko, diceritakan
adalah murid perempuan pindahan yang berpenampilan manis dan naif. Namun, Yumeko mendadak menghebohkan seisi sekolah setelah mengalahkan Momobami Kirari, anggota komite
sekolah. Attitude permainannya yang berfokus pada thrill (bukan
berorientasi untuk menang), serta gaya bermain yang nekat dan berani mati
akhirnya memberi warna di setiap perkembangan plot cerita.
Tiap-tiap episode rata-rata menceritakan tentang
bagaimana Yumeko menantang orang-orang berbakat di Hyakkaou. In a way, plotnya
sebenarnya relatif sederhana dan ga banyak twist. Namun, detail permainan di
dalamnya itulah yang bikin sensasi nonton anime ini jadi seru dan menantang
otak. Tidak hanya peraturannya yang terkadang rumit, bagaimana para pemain
memanipulasi rule nya ini juga sering kali ngasih the biggest fuck you ke
tingkat kecerdasan kita. In the sense of, KOK BISA PERMAINANNYA DIPELINTIR JADI
BEGITU?
Hal menarik yang juga saya temukan dari anime ini
adalah, animasi nya agak menyebalkan. Saya sering menemukan animasi yang
borderline disturbing, hideous even, tapi somehow memang mendukung konteks cerita, karakter
tokoh, dan suasana cerita. Lebay but in a necessary way gitu loh.
Kalo versi screencapnya aja sudah annoying, trust me versi bergeraknya jauh lebih aggravating |
Satu hal yang agak bikin letdown adalah bagaimana
season pertama diakhiri. Jujur, permainan di episode final ini diakhiri dengan
agak lame, ga sebanding dengan thrill yang sudah ditampilkan di episode-episode
sebelumnya. Tapi siapa tahu ending yang nanggung ini jadi bridge yang cakep untuk
season II: Kakegurui XX?
Personal score: 4.0/5
3. Free!
When kageyama, haruka nanase, kakeru kurahara, fujiwara, aoyama ,hibari kyoya, daisuke kambe, uenoyama ritsuka meet
— Bry (@miyaousamu) February 16, 2021
" who are u "
" I am you " pic.twitter.com/zFcFdwA3nt
Untungnya watching
experience nya worth my time, kuota, and memori hape sih.
Dari yang paling gampang, character design dulu ya. Untuk anime sport renang, sudah bisa dipastikan penonton akan dapet banyak banget konten fanservice berupa cowok-cowok cakep bertelanjang dada dengan abs roti sobek yang terukir sempurna. Desain seperti ini tentu saja konsisten dari awal sampe installment terbaru (yang saya sempet tonton at least), dengan sedikit penyesuaian di installment ‘Starting Days’ (throwback ke setting ketika para karakter masih SD – tentu saja abs nya ga dibuat se’defined’ masa puber). Kalo lihat teaser nya, sepertinya di installment final juga karakternya digambarkan dengan desain wajah yang lebih dewasa sih. But still good looking, regardless.
Characterization nya juga cakep, ga banyak karakter annoying yang bisa ‘dibenci’. Kalaupun ada yang agak-agak menyebalkan, begitu kita persevere long enough (for the sake of karakter lain, misalnya), ternyata dibuka juga alasan kenapa karakter tersebut menyebalkan. Ya mungkin ini kebantu karena ini kan anime panjang ya, jadi banyak ruang buat mengungkap layer-layer, background story seluruh karakter. Season anime yang panjang memang membantu banget sih, buat menyeimbangkan drama masa lalu karakter dan perkembangan current main plot. Hal ini sebenernya not unexpected untuk anime yang sudah berseason-season, karena ya buat apa episode panjang-panjang kalo ga untuk menggali sebanyak mungkin karakter secara mendetail kan. Jadi walaupun fokus cerita tetap berpusat pada protagonist Nanase Haruka, tetapi supporting character lainnya juga dapat spotlight lumayan banyak. In return, detail-detail seperti ini membantu kita untuk memahami karakter Haruka juga sih.
Karakter 'antagonis' di setiap season biasanya beda-beda, sehingga konflik yang dimunculkan di tiap season selalu fresh. Misalnya season 1 fokus pada rivalitas Haruka dengan Matsuoka Rin, sedangkan season 3 lebih banyak membahas hubungan Haruka dengan Kirishima Ikuya. Untuk season final (movie), sepertinya akan meng-highlight persaingan Haruka dengan semua rivalnya dari season 1 sampai season terakhir. Lumayan cakep sih urutannya. Sayangnya ini movie ga akan rilis di Indonesia hiks T_T.
Personal score: 4.2 / 5
1/2. Yuri on Ice
Tau anime ini udah lama banget, tapi somehow
kepending-kepending terus sama anime lain. Glad to know that I’m no longer
missing this decent piece out.
Yuri on Ice bercerita tentang Katsuki Yuuri,
atlet figure skating nasional Jepang yang ‘mentok’ dan mendapatkan hasil jelek
di kompetisi dunia. Setelah kabur dari idolanya Viktor Nikiforov, dan dibentak-bentak
di toilet oleh Yuri Plisetsky - bocah juara kelas junior, ia akhirnya pulang ke Jepang.
Ketika ia sedang mencoba menenangkan diri dengan skating-skating santai di ice
rink tempat ia berlatih dulu, ia iseng meng-cover penampilan Viktor sang skater
nomor 1 dunia – yang ternyata viral. Tertarik, Viktor akhirnya memutuskan untuk
break dari kariernya yang sedang naik-naiknya, untuk menjadi coach Yuuri di
Jepang.
Yea I just spoiled you guys the whole first
episode. Sawry.
Yuri Plisetsky yang jengkel karena (calon) rivalnya di
level senior tiba-tiba memutuskan untuk hiatus, akhirnya bertekad untuk
menyeret sang champion senior pulang ke negerinya. Cerita yang tadinya saya
kira akan menjadi drama antara Yuuri dan Viktor, tahu-tahu berbalik
jadi Yuuri vs Yurio, nickname Yuri junior. Dinamika menggemaskan antara dua Yuri beda usia ini
akhirnya mewarnai hampir seluruh episode Yuri on Ice, featuring Viktor yang haha hihi
di background nontonin mereka saingan.
Berita baiknya, plot Yuri on Ice ga monolith dan
fokus ke satu ‘ship’ ini aja. Sebagai atlet dunia, tentu banyak juga pesaing
mereka dari seluruh dunia yang sama berbakatnya, berlatih sama kerasnya, dan
bermimpi sama tingginya. Ketika musim kompetisi dimulai, akhirnya peta persaingan
(dan interaksi) antara duo Yuri dengan atlet lain mulai muncul. Dengan semakin
bertambahnya saingan, konflik cerita akhirnya semakin meluas dan kompleks.
Bukan hanya konflik in term of the deepening drama plot, tapi juga bagaimana
strategi Yuri dan Viktor (sebagai coach dadakan dan amatiran) meng-counter satu
demi satu lawan yang mereka hadapi di setiap leg kompetisi secara aman dan
sportif.
Yes, in one way, di tiap-tiap episode anime ini
tuh sebenarnya kita nontonin permainan strategi. Walaupun lebih banyak Viktor
yang mikir wkwk.
Selain nontonin subtle strategizing process dalam
pertandingan figure skating, di episode-episode nya kita juga banyak dikasih
info-info terkait olahraga dan kejuaraan figure skating itu sendiri. Bagaimana
sistem kompetisinya, bagaimana sistem penilaiannya, dan bagaimana ‘trik‘nya
untuk menang. Seru, jadi dapet ilmu baru tanpa harus mikir!
Poin plusnya lagi, semua ini dikemas dengan
menyenangkan dalam script dan animasi yang tidak pelit komedi DAN FANSERVICE.
Kalau kalian penggemar interaksi nyerempet-nyerempet homo, silakan bersabar
mengikuti ceritanya, sampai kalian akhirnya panen banyak banget momen-momen
bernuansa BL di episode-episode terakhir. Or not, silakan interpretasikan
sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Plot dan endingnya sendiri sebenarnya predictable
(apalagi kalo kalian ga skip opening theme nya wkwk), tapi dengan karakter yang
wholesome, script yang berlimpah ilmu dan momen-momen komedi plus interaksi
homo yang bertebaran dimana-mana, plot yang standar tersebut masih bisa saya maafkan.
Personal score: 4.5 / 5
‘Jenius’ mengalahkan pengalaman dan kerja keras. Orang baik-baik yang berdedikasi akan takluk di tangan shithead yang berbakat. Hasil akan selalu mengalahkan usaha, persetan dengan seberapa banyak darah dan air mata yang sudah dikucurkan. Premis ke’tai’an dalam hidup ini memang selalu manjur untuk jadi easy template plot cerita, sehingga plot yang beneran spesial dan original memang udah susah ditemukan dalam serial anime apapun.
That’s why untuk sport atau game genre, faktor penentunya lebih sering jatoh ke bagaimana semua komponen disatukan dan dieksekusi. Dengan tema cerita yang mirip-mirip (let’s be real, sport anime memang mau dibikin sekompleks apa juga kan), pengalaman menonton sebuah judul memang lebih sering ke faktor-faktor kosmetik: seperti pengkarakteran, facial animation, comedic insert, pokoknya perintilan-perintilan subtle yang ga kerasa, tapi kalo ga ada bakalan kerasa datar dan boring nya.
And SK8 – The Infinity nailed each of them components.
In term of plot complexity, I’d say eksekusi plotnya lumayan ga datar-datar banget. Selain drama antara si jenius vs si passionate, kita juga dikasih drama antara si kampret vs anak ‘bae-bae’, dan antara si jenius bangsadh vs si jenius anak baru. Soalnya skateboarding ini kan kompetisi individu yah, jadi konfliknya bisa lebih kompleks aja karena memang direct, satu lawan satu (bukan kaya pertandingan beregu yang konfliknya lebih sering cuma ke persaingan antara regu A dan regu B). Dan di saat masing-masing character itu lagi compete, dikasih tahu lah juga background story antar character.
In term of balance between drama and plot, I’d say SK8 ini in par sama Skate-Leading Stars. Plot jalan, drama juga dalem. Tapi yang bikin pengalaman nonton anime ini jadi way beyond SLS adalah: characterization. Di anime ini, even the most bland, boring character masih terselamatkan dengan momen-momen konyol. Dynamics antar karakter juga kocak, banyak dialog ringan yang nyerempet-nyerempet homo kalo kalian squint hard enough.
PS: Saya mau rekomen kalian untuk nonton versi US dub nya. Please. Bagus dan kocak banget ga bohong.
Selain itu, animasinya penuh insert-insert komedi, sehingga sepanjang nonton tuh rasanya happy dan light aja, meskipun di titik tersebut in term of conflict sebenernya lagi berat-beratnya. Seperti khasnya animasi gaya studio Bones aja sih, kan mereka memang sering masukin ekspresi lawak. Bahkan untuk anime se’dark’ Bungo Stray Dogs, kita penonton bisa tetep haha hihi karena those random funny breaks.
--starting below is our unlucky yawn-fest--
Saya ga tahu motif dibalik timing perilisan anime
ini yang cuma beberapa bulan setelah Haikyuu S4 selesai tayang. Tapi dengan (unintended)
benchmark yang sesukses itu, eksekusi cerita yang slow burn dan hangat-hangat
kuku gini jadi terasa sekali lacking dan datarnya.
Not to mention the deuteragonist was designed like the cheap mashup of two decently popular Haikyuu characters.
Haijima Kimichika (doesn't he look familiar?) |
Maybe it could be a decent piece of work. Sayangnya anime ini dirilis ketika hype to Haikyuu S4 masih panas-panasnya, sehingga materi yang di-deliver ga bisa mengimbangi momentum dan ekspektasi yang sudah dibentuk oleh judul sebelah. Sebenarnya sangat ga apple to apple ya membandingkan dua judul ini, karena Haikyuu kan anime serial panjang dan berseason-season. Anime panjang kan sangat punya space untuk pendalaman karakter dan meng-kompleks-kan cerita, beda dengan anime satu season kaya gini.
PS: Saya drop anime ini di episode 5, jadi saya
ga tahu apakah cerita ke belakangnya akan semakin solid atau engga
Wave Surfing Yappe
I might have the grossest reason to drop this anime, tapi saya drop judul ini karena saya agak males sama salah satu karakter
deuteragonist nya. For someone who looks similar to Prince Soma of Kuroshitsuji,
karakternya sangat bland dan ga membawa bobot ke dalam cerita. Like, lo ngapain
sih nongol dan gitaran di situ?
Tanaka Naru |
Soma Asman Kadar, Kuroshitsuji (Black Butler) |
Cant go past 2 ep. Mungkin nanti kalau saya sudah
get over Agni-Soma’s grief di anime sebelah, saya bisa nonton ini tanpa kebawa-bawa
ngenesnya nasib pangeran India kesayangan kita semua :”)
No comments:
Post a Comment