Nov 21, 2021

Reading Indonesian Anime Preference

Netizen Indonesia mungkin salah satu yang paling dibully komunitas internasional karena bacotan yang sering gatau tempat. Tapi, diam-diam sebenernya kita punya legacy yg lumayan advanced di sisi teknologi penggunaan twitter, yaitu autobase. Saya baru ngeh beberapa bulan terakhir ini bahwa westerners tuh ternyata ga familiar sama sistem autobase. Mungkin karena mereka cukup outspoken dan berani tampil ya, beda dengan kita Asian yang lebih cenderung lowkey sehingga by nature kita memang butuh sistem autobase. Anyway,  in one way kita advanced juga ternyata hahah.

Yep,  Meskipun sering dibilang barbar dan memalukan, tapi kita tergolong maju untuk servis autobase ini. Bagi yang belum paham, autobase adalah akun yang memfasilitasi warga twitter untuk menyebarkan pertanyaan, keresahan, atau sekedar shitpost melalui akun anonim. Dengan jangkauan follower autobase yang besar, pengguna twitter bisa ‘pinjam nama’ untuk menyebarkan twit mereka ke audiens yang lebih luas (penjelasan sbb).


 


Anyway, dengan posisinya sebagai sentra dan corong informasi, autobase ini kurang lebih bisa menjadi indikator ‘rame’nya suatu fandom, khususnya di Indonesia. Kalo suatu fandom follower autobase nya gede, itu bisa jadi filtering awal banget untuk menilai apakah suatu karya dihype apa enggak.

Sebenarnya bisa banget sih kalau mau kita kritisi lagi, untuk menentukan apakah hype nya itu benar-benar pure. Kalau mau lebih dalam, sebenernya kita bisa pakai item lain seperti tingkat interaksi menfess yang dishare, atau unique owner dari akun2 yang mem-follow. Tapi untuk gambaran awal, count of follower sepertinya sudah lumayan menggambarkan ‘laku’ atau enggaknya suatu karya. 

Dengan data ini, kayanya seru ga sih untuk menganalisis selera pasar Indonesia arahnya kemana? :D

Mengingat saya lagi in ke anime, mungkin saya mulai dengan anime dulu kali ya. Maybe selanjutnya saya bisa bikin yang kaya gini untuk topik lain? Kpop atau lapak-lapak keributan mungkin? :D

Disclaimer:

I know, I know bahwa twitter itu bukan indikator valid yang merepresentasikan selera masyarakat. Rame di twitter, jumlah interaksi di twitter bukan cerminan atas seberapa besar/menguntungkan suatu judul anime. Kalau kita lihat list yang akan saya post di bawah, ada beberapa judul besar (yang sudah langganan box office dan ga mungkin orang ga tau) seperti Detective Conan misalnya, tetapi jumlah follower nya hanya sedikit di atas 7000an.


The Top Ranks

1. Haikyuu! (based on 'Haikyuu!' manga by Furudate Haruichi)

2. Attack on Titan (based on 'Attack on Titan' manga by Isayama Hajime)

3. Jujutsu Kaisen (based on 'Jujutsu Kaisen' manga by Gege Akutami)

4. Tokyo Revenger (based on 'Tokyo Revenger' manga by Wakui Ken)

5. Demon Slayer (based on 'Demon Slayer' manga by Gotoge Kyoharu)

6. Moriarty the Patriot (based on 'Moriarty the Patriot' manga by Ryousuke Takeuchi & Hikaru Miyoshi)

7. SK8 the Infinity (original anime)

8. Bungo Stray Dogs (based on 'Bungo Stray Dogs' manga & light novel by Asagiri Kafka & Harukawa Sango)

9. Hunter x Hunter (based on 'Hunter x Hunter' (Hunter Hunter) manga by Togashi Yoshihiro

10. Free! (original anime)



Top 20 anime berdasarkan total follower akun autobase



Top 20 anime berdasarkan rerata jumlah follower akun autobase


Analisis Preferensi

1. Kategori Favorit

Kalau dilihat dari Top 40 (41) jumlah follower autobase twitter masing-masing anime (autobase anime saja, tidak termasuk sub base berupa ship), kita bisa lihat bahwa separuh dari 40 anime teratas memiliki nuansa komedi. Entah itu anime sport ataupun action, kalau lucu berarti sangat mungkin dia akan laris di Indonesia. Walaupun kalau menilik lagi ke genre peringkat dua, comedy yang dibalut action dan plot yang rumit (drama) sepertinya akan lebih 'ngena' di hati anifans. 



Selain pemilihan genre, kta juga bisa baca pola delivery cerita seperti apa yang disuka oleh netijen twitter Indonesia. Kita bisa lihat bahwa secara umum, cerita yang menggunakan setting sekolah jauh lebih mudah diterima dibandingkan setting lainnya. Setting cerita anak sekolahan sepertinya memang efektif untuk menciptakan image cerita yang 'safe', sehingga akan cocok dengan culture Indonesia yang cenderung konservatif  dan belum seberapa 'open' dengan tema 'dewasa'. Kalau cerita nya dibumbui kekuatan super/ supernatural, akan lebih tinggi lagi kemungkinan 'laku'nya.





2. The Secret of 'Big 3'

Selanjutnya, kita akan coba ulik rahasia dibalik meledaknya Big 3 kita: Haikyuu!, Attack on Titan dan Jujutsu Kaisen. Kalau kita lihat gap antara Big 3 dengan best performer lainnya, perbedaannya cukup jauh memang. Di peringkat puncak ada Haikyuu, yang jumlah follower nya mencapai 247 ribu di dua akun, sementara di no.20 ada anime legendaris One Piece dengan 8000 akun. 

Gausah jauh-jauh sih, Haikyuu ini kalau dibandingkan dengan peringkat 2 (Attack on Titan), sebenarnya selisihnya juga cukup jauh, dimana jumlah follower Attack on Titan persis separo dari follower Haikyuu. Kalau kita tilik ke bawah lagi, antara Top 3 dengan peringkat-peringkat di bawahnya juga cukup jauh, hampir turun sampe separonya juga. 

Bikin penasaran banget ga sih, apa sebenernya yang membedakan tiga anime ini dengan anime-anime di bawahnya?

Kalau dari tema, sebenernya ga ada yang spesial ya. Tiga anime teratas ini genre nya sport (Haikyuu) dan action (Attack on Titan, Jujutsu Kaisen), yang sebenernya ga beda dengan mayoritas penghuni Top 20, Top 10.

Lama penayangan? Walaupun mungkin relevan untuk Haikyuu (tayang perdana 2014, jumlah season 4 (to be 5) dan Attack on Titan (tayang perdana 2013, jumlah season 4), tapi sepertinya ga berlaku untuk Jujutsu Kaisen yang baru tayang musim gugur 2020. Manga nya sendiri juga baru pertama terbit Maret 2018, sehingga logikanya tentu 'fandom'nya baru tumbuh 3 tahun belakangan. 

Iconic character? Untuk Top 3 ini sepertinya memang ini yang cukup banyak main andil dalam mengangkat hype. Adanya satu karakter kunci non-protagonist yang bisa jadi simp banyak orang sangat manjur untuk jadi bahan obrolan dan simping bareng orang-orang, yang otomatis juga akan naikin jumlah hype. Attack on Titan punya Levi Ackerman, chibi grumpy old man yang jago banget bertarung melawan titan sambil bergelantungan (you will see many people refer him as the 'Beyblade Man'). Haikyuu punya banyak karakter iconic seperti Oikawa Tooru, Kuroo Tetsuro dan Miya Atsumu. Dan yang paling hot: Satoru Gojo, versi improved dari karakter sensei overpower yang sama-sama berambut putih, Kakashi Hatake. 

Levi, Oikawa, Gojo & Kuroo, side character yang sepertinya lebih hype daripada protagonistnya :D

Karakter top character dari tiga anime ini memang tidak ada pola khusus, tapi masing-masing punya 'the point' yang manjur banget dalam menyasar hati fangirl. Apalagi posisi mereka sebagai bukan-karakter-utama, semakin menaikkan 'nilai' mereka di mata fandom. Biasa kan, orang memang selalu memberi nilai lebih bagi pihak-pihak berprestasi yang 'ga punya prestige'.


3. Hot Takes from Top 10

Turun lagi ke Top 10, success factor dari judul-judul yang masuk makin bervariasi. Kalau dilihat, ada beberapa faktor menarik yang bisa ditilik:

1. Kualitas opening song, seperti Tokyo Revenger yang membawa Official Hige Dandism dan Demon Slayer yang mengajak LiSa. Selain membawa nama besar penyanyi terkenal, materi lagu opening nya sendiri sangat manjur untuk menarik potential casual follower




2. Adaptasi nama-nama besar untuk dijadikan karakter, seperti yang dilakukan oleh Moriarty the Patriot yang membawa karakter Sherlock Holmes dan James Bond, serta Bungo Stray Dogs yang membawa nama-nama sastrawan besar. Dengan mengadaptasi nama-nama yang udah bawa 'weight' masing-masing, pembaca jadi punya bayangan tentang karakter yang akan ditampilkan. Walaupun eksekusi desain karakternya tetep tergantung author (bisa cocok atau engga dengan ekspektasi), tapi setidaknya anime ini sudah masang 'referensi' di otak penonton, bahkan sebelum mereka mulai ngeklik play di gawai masing-masing.

3. Tidak pelit undertone bxb (walaupun hubungan aslinya platonic). Masing-masing anime punya dinamika karakter yang canonically/fanonically shippable banget, seperti Eruri di Attack on Titan, Matcha Blossom di SK8 the Infinity, Soukoku di Bungo Stray Dogs dan Sherliam di Moriarty the Patriot. Afterall, shipping is what makes fangirling more enjoyable, kan? 

(asal tau tempat please, kaya kalo kita ngeshove ship kita ke author asli nya kan ga sopan juga)







The Top 10 review

Rank 1: Haikyuu!

Kesuksesan manga dan anime Haikyuu! yang mulai naik tayang tahun 2014 ini agak mengingatkan saya pada fenomena boomingnya Prince of Tennis di pertengahan dekade 2000an dulu. Saya ga pasti kapan Haikyuu mulai hype di Indonesia (mengingat haikyuufess sendiri baru dibuat April 2020 dan saat itu hype nya Haikyuu udah naik). Tapi dengan naiknya nama Haikyuu, kepopuleran olahraga bola voli jadi ikut naik. Walaupun belum seberapa ngaruh ke kemajuan olahraga voli nasional, tapi minimal yang tau peraturan bola voli bukan lagi cuma terbatas pada Bapak-Bapak tua pemain voli antar kampung lah.



Dari segi kualitas anime/manga, Haikyuu! ini memang ramah buat semua orang. Baik dari plotnya, desain karakternya, topiknya, sampai ke hubungan antar karakternya semua serba pas dan aman. Makanya range penetrasi anime ini bisa luas banget, karena siapa aja bisa suka.

Other short review: here


Rank 2: Attack on Titan


Untuk ukuran masyarakat yang sering membully penampakan naga terbang di Indosiar, kepopuleran anime Attack on Titan ini membuktikan bahwa yang disebelin sama masyarakat twitter sebenernya bukan pada naga terbangnya, tapi bagaimana visualnya dieksekusi. Kalau karakternya udah ganteng, cerita udah seru, tapi kalo eksekusi siluman harimau nya jelek dan keliatan palsu banget kan merusak pengalaman menonton ya.

Ketiga aspek ini memang dieksekusi oleh tim produksi anime Attack on Titan dengan sangat baik. Konsep berantem sama raksasa ini memang terdengar childish, tapi plot yang balanced antara drama, politics, dan action (pokoknya selera kaum yang baru beranjak dewasa banget lah) membuat anime ini bisa masuk ke pasar yang lumayan gede. Selain itu, faktor protagonisnya yang cukup good looking (beda dari tipikal protagonist anime yang biasanya dibuat tampangnya standar, karena jatah 'ganteng' harus diserahkan ke side character) dan side characternya yg fun-sized tapi sassy cukup membuat banyak wanita juga berbondong-bondong ngikutin anime berantem ini (dan fall in love with them characters).

Oh, dan soundtrack nya. It's so 'Attack on Titan', baik dari komposisinya maupun liriknya. Kelihatan banget tim produksi memang niat banget membuat semuanya all-in, customized buat mendukung experience menikmati jalan cerita penuh darah dan mayat ini secara utuh.



Previous review: here


Rank 3: Jujutsu Kaisen

Jujutsu Kaisen ini adalah anime tentang pengendali siluman (dukun? paranormal? gua bingung nerjemahin 'jujutsu sorcerer' ini gimana). Itadori Yuuji yang ga sengaja kesurupan arwah terkutuk kuno Ryomen Sukuna, akhirnya bergabung dalam akademi jujutsu untuk menjadi jujutsu sorcerer. 



Plot anime ini berpusat di kehidupan Yuuji di akademi, dan bagaimana ia dan murid-murid akademi lainnya akhirnya terlibat dalam persaingan antar akademi sihir. Seperti tipikal perkembangan plot anime, mereka pun akhirnya harus melawan arwah terkutuk jahat, Mahito.

Saya sendiri baru sempat baca manga nya, sehingga saya ga bisa banyak komentar mengenai anime nya. Kalau bagi saya, plot cerita Jujutsu Kaisen ini sebenernya ga intense-intense amat. Menurut saya, yang bikin manga/anime ini populer adalah karakternya yang dibikin appealing, seperti Gojo Satoru yang desain karakternya mengingatkan saya pada karakter guru berambut putih yang terlebih dahulu booming: Kakashi Hatake. Cuma bedanya Gojo ini lebih celelekan dan sombong, in a funnier way sehingga item 'plus'nya lebih banyak daripada versi Naruto-nya. 



Selain itu, pemilihan soundtrack nya juga cakep banget. Maaf mention OP clip mulu dari tadi, tapi OP song does matter dalam penilaian kualitas anime, okay. OP  yang enak bakal ngebantu banget untuk menarik massa penonton, terutama dari casual follower. 


Oh iya, eksekusi animasinya mengingatkan saya pada tipikal anime keluaran Studio Bones yang banyak menggunakan comedic insert untuk mengocok mood anime yang serius agar jadi lebih ringan. 


Rank 4: Tokyo Revenger

Saya agak hilang minat begitu saya denger bahwa ini adalah anime time traveller. Di otak saya, anime time traveller pasti: protag nya OP karena bisa ngendaliin masa lalu dan masa depan. Dengan kekuatan tersebut, cerita akan terlalu menguntungkan untuk protagonist, sehingga plot akan mudah ditebak dan ga exciting karena protagonist pasti aman. Dan bener kan, di anime ini ternyata protagonist kita menggunakan time travelling untuk mencegah kematian mantan pacarnya. Ew. Skip.

JENG JENGGGGGGGGG SAYA SENANG SAYA SALAH


Walaupun alasan time travelling di anime Tokyo Revenger ini terkesan menye (bagi kaum sok edgy yang independen dan tidak butuh cinta seperti saya), tetapi ternyata setting cerita yang berpusat pada konflik antar geng di Tokyo sukses membuat alur jadi rumit dan seru. Protagonist kita akhirnya terlibat dengan geng motor Tokyo Manji, mulai dari terjebak dalam tawur receh-receh seorang anggota Toman, sampai akhirnya menjalin kontak dengan sang legenda petinggi geng itu sendiri: Mikey dan Draken. Protagonist kita Hanagaki Takemichi akhirnya memutar otak dan nekad-nekadan untuk mencegah kematian Draken, yang nantinya akan mencegah Tachibana Hinata tewas di tangan geng Toman di masa yang akan datang.

Kesan pertama yang saya dapat ketika pertama kali saya mengklik link youtube Muse Asia adalah: SOUNDTRACKNYA ENAK BANGET? Damn saya memang lemah sama anime yang openingnya enak, akhirnya saya langsung maraton untuk nonton serial ini. Plotnya cukup berat dan padat untuk ditonton perempuan paruh baya dewasa seperti saya which is nice. Karakter-karakter di dalamnya 'keras' tapi dikemas dengan ganteng. Kontras ini sih kayanya yang membuat anime ini jadi populer banget di kalangan ciwi-ciwi twitter. Cukup sesuai dengan setting cerita yang berpusat pada pertikaian geng preman (cuma agak amazed aja mengingat pentolan protag gang kita adalah ANAK SMP). 


Belum selesai nonton sih (keburu pindah minat ke danmei lolol), mudah-mudahan ending animenya ga underperform ya ^^;


Rank 5: Demon Slayer

Saya ga tau kapan Demon Slayer ini mulai hype di Indonesia, yang jelas awal tahun 2020 kemarin tahu-tahu twitter anime lokal dihebohkan dengan berita Kimetsu no Yaiba yang movie nya nge-hit chart bioskop Jepang. Lihat judulnya Demon Slayer', saya tadinya agak-agak ga minat ngikutin... sampai saya akhirnya nemu soundtracknya yang ternyata satu tipe sama Again by Yui yang jadi soundtrack openingnya Full Metal Alchemist: Brotherhood. TOP NOTCH BANGET, jiwa jrock saya bergetar lagi wkwk.




Saya ga terlalu ngikutin animenya, tapi dari cut-cut video yang sekilas saya tonton di youtube, saya langsung terpukau sama kualitas animasinya yang vivid dan pleasing banget. Setelah saya akhirnya ngikutin manga nya sampe beres, saya cukup bisa menyimpulkan bahwa Demon Slayer ini memang deserve the hype. Karakternya menarik, desain visualnya pleasing, dan plotnya pun anti dragging-dragging club. The way the story ends juga terasa natural dan luwes, dimana protagonist nya ga 'dipaksa' OP untuk menghabisi villain. Memang bau mayatnya kenceng, tapi yaa not unexpected lah untuk anime action.



Walaupun protagonistnya, Kamado Tanjirou ini 'lembut' banget, tapi dua karakter deuteragonist nya Agatsuma Zenitsu dan Hashibira Inosuke yang outright konyol (in their own way) cukup membuat mood selama menonton jadi keangkat.


Rank 6 - Moriarty The Patriot

Awal-awal nonton MTP, sama sekali ga expect bahwa jumlah follower anime ini akan jadi sebesar ini.


Saya sendiri agak ga berharap banyak ketika pertama nonton anime ini, bahkan agak letdown sama gambaran Moriarty nya yg terlalu 'alus', beda banget sama penggambaran Moriarty yg biasanya berupa bapak-bapak bermuka jahat.


Our William 'Liam' James Moriarty, Sherlock's Love

List of scary Moriarties :D


Well, kecuali Moriarty di 'Sherlock' 

Andrew Scott as Jim Moriarty (the beginning of Sheriarty shipping era)

Eh Kabukicho Sherlock juga cute sih, bocah malah

James Moriarty, aka (censored)


Tapi ternyata, perpaduan antara 3 icon Inggris (Sherlock HolmesJames Bond, dan Jack The Ripper) ini menghasilkan dinamika karakter dan alur cerita yang ga 'Sherlock Holmes' banget. Dengan cerita yang berpusat pada 'penjahat', moral compass kita akan dibuat terkocok-kocok karena apparently, kala kita lihat dari sisi penjahat, ternyata tindakan dia itu ada niat baiknya...

(Setidaknya di universe ini)

(Again, jangan dicampur-campur sama universe James Bond ataupun Sherlock Holmes yang asli. Apalagi Jack The Ripper, please dia itu penjahat asli T_T)

Prev review: here


Rank 7 - SK8 the Infinity

Serba pas, serba balanced. Hampir semua poin positif sport anime yang dipunya Haikyuu, ada di SK8. Kelemahannya cuma satu, episodenya pendek. Dan karena gaada underlying manga-nya (denger-denger anime ini memang dibuat khusus untuk merayakan masuknya cabang olahraga skateboarding ke Tokyo Olimpiade 2020), begitu anime nya end, ya selesai. Bener-bener gaada yang ditunggu lagi.




Anyway. Dari anime-anime sport yang sudah saya lihat (beberapa review nya di sini dan di sini), kayanya baru ini yang fokusnya bener-bener di 'olahraga'nya itu sendiri. Walaupun beberapa atletnya masih usia pelajar, tetapi porsi mereka di sekolah sangat amat sedikit. Mungkin karena memang di anime ini kompetisinya sendiri ilegal ya. Mirip seperti balapan mobil/motor liar, cuma ini pakai skateboard. Lumayan makin bikin tensi nonton agak naik sih, soalnya kan rada paranoid ya gimana kalo lagi asik-asiknya tanding tau-tau polisi dateng ^^;

Karena peserta nya bebas (bukan seperti layaknya sport anime yang formatnya berupa pertandingan antar club sekolah, dengan target untuk bisa qualified ke pertandingan nasional), dinamika antar karakternya juga lebih seru. Di sini kita ga hanya mempertandingkan skill, tapi juga bisa memasukkan mental game dimana peserta yang lebih tua/lebih senior sangat bisa mengintimidasi pemain yang lebih muda dan lebih hijau. Environment persaingan kaya gini kan justru malah lebih reflect ke actual competition yang sekarang terjadi ya, dimana memang kalau sudah di level pro kan semua level experience bisa ketemu. Dan kalau persaingan di kompetisinya udah panas, ketegangannya nya kan bisa ditarik lagi ke adegan-adegan after matches dan menciptakan drama-drama yang seru. Even dengan plot yang sebenernya klise, tapi tetep ga membosankan.

Okay, no-homo-bros. :)

Tapi, ketegangan-ketegangan ini tetep diimbangi dengan insert-insert konyol khas Studio Bones, sehingga proses nontonnya sendiri cukup nyenengin. Dan sepertinya tetep worth mentioning kalau platonic relationship antar karakternya sangat juicy untuk jadi bahan shipping kita, perempuan-perempuan jomblo haus cinta.

Prev review: here


Rank 8 - Bungo Stray Dogs

Pertama ngikutin ini tuh penasaran karena salah satu nama tokohnya, Dazai Osamu, sering disandingin sama William James Moriarty. Hampir ketuker sama anime sebelah (Bungo to Alchemist: Shinpan no Haguruma), tapi akhirnya saya bisa juga nyelesein sampe movie yang terakhir.



Tema nya tentang dua agensi yang saling bersitegang di Yokohama (kota pelabuhan di selatan Tokyo): Agensi Detektif Bersenjata (Armed Detective Agency, ADA) dan Port Mafia. Adalah Nakajima Atsushi, seorang anak yatim piatu yang terusir dari panti asuhan, yang unwittingly ternyata adalah salah satu pemilik kekuatan yang sedang diburu negara. Ia masuk menjadi anggota ADA, dan akhirnya harus deal with rekan kerjanya yang memiliki tabiat nyentrik, seaneh kekuatan/quirk mereka. 

Plot cerita Bungo Stray Dogs banyak berpusat pada rivalitas ADA dengan Port Mafia dan organisasi-organisasi lain. Saking banyaknya pihak yang harus dilawan, lama-lama pihak mana yang baik dan mana yang jahat semakin blurred wkwk. Kalau untuk orang dewasa seperti saya sih asik-asik aja nonton hitam jadi putih yang dibolak-balik begini. Cuma kalo dedek-dedek emesh nonton beginian tanpa dapet fondasi moral yg firm, bisa susah sih ke depannya.

Ini aja baru nemu ada fans BSD yang asal ngegonta-ganti informasi historis Nakahara Chuuya (not this one) ke arah ship homoseksual. Padahal beliau ini real Japanese poet yang sama sekali ga ada sangkut pautnya dengan author lain yang jadi pasangan ship, cuma kebetulan aja namanya diambil jadi nama tokoh di anime ini. RIP tags and age restriction, di jaman internet ini.


Rank 9 - Hunter x Hunter

Agak keringet dingin pas lihat anime ini ternyata followingnya tinggi banget di Indonesia. Soalnya belum pernah nonton sama sekali, baik manga maupun anime, soundtracknya aja ga tau yg mana :")


Rank 10 - Free!

Kalau ada satu setting dimana pria topless dianggap normal, itu adalah klub renang pria. 

Ditambah karakter yang rupawan, attitude yang perfectly hit each of thirsty fangirl's type? 

Dan plot cerita yang kompleks, tiap season rivalitas dan dinamika nya beda-beda? Ya keterlaluan kalo sampe ga booming xD





Bagi penggila roti sobek, ini anime buat kalian!

Matsuoka Gou being a MOOD

Prev review: here


Nov 5, 2021

5 Rekomendasi Anime Slice of Life For Complete Relaxation

Di tengah hectic-nya mengurus project-project sim salabim yang semua-minta-live-akhir-bulan, saya akhirnya memutuskan untuk drop dulu cerita panjang danmei kungfu maupun cerita berat nan edgy seperti Tokyo Revenger dan Moriarty the Patriot, dan kembali ke tontonan slice of life yang ringan. Yang ga banyak mindblowing plot twist, ga banyak character development yang epic. Cuma  sekumpulan episode-episode random yang berpusat di kehidupan tokoh utama yang bisa ditonton tanpa tegang. 

Overall, 4 anime yang sempat saya tonton ini cukup recommended, dan menurut saya akan sangat cocok untuk ditonton ketika otak sedang suntuk dan sedang tidak sanggup mikir yang berat-berat :)


1. Uramichi Oniisan (Life Lesson with Uramichi Oniisan)




Cerita tentang keseharian Uramichi Omota, seorang pria single 30an tahun dengan segala struggle-nya di tempat kerja. Seperti halnya kebanyakan manusia di bumi, ia terpaksa harus menjalani hidup di luar passion dan jurusan kuliah karena, well, reality sucks. 

Sebagai lulusan jurusan olahraga, ia justru harus menjadi MC acara anak-anak sebagai 'Gymnast Onii-san', dimana ia harus berakting mengikuti arahan sutradara. Di tengah rasa frustrasinya menghadapi bos kampret, rekan kerja yang ga becus, dan klien anak-anak yang ceplas-ceplos, ia berusaha setengah hidup (sudah mau mati) untuk tetap menjaga satu-satunya sumber penghasilannya. Sambil tersenyum penuh tekanan, ia sesekali memberi nasihat kehidupan pada anak-anak yang masih tanpa beban, bahwa kehidupan dewasa itu berat. 

BE. RAT.

Our depressed main character, aka the spirit animal of us struggling adults


Ini adalah satu dari sedikit anime ongoing yang saya ikuti (biasanya nunggu selesai baru maraton). Saya langsung jatuh hati di pertama kali saya lihat cut-cutannya di twitter. Single usia 30an? Bekerja? Menghadapi lingkungan kerja yang annoying? Oh that's so me :)

Walaupun ternyata beban hidup Uramichi Oniisan ga terlalu in-line dengan penderitaan saya, tapi aspek 'relatable'nya masih cukup kuat. Pertama, karena karakter-karakternya ngegambarin banget macam-macam tipe orang yang akan kita temui di dunia kerja. Selain itu, skit-skitnya juga masuk banget, seperti bagaimana kita harus serve permintaan (perintah) job bagaimanapun absurdnya, bagaimana kita harus memaksa diri buat tetap beraktivitas walaupun dari segi mental dan fisik udah ga sanggup. Karena well, itu semua nyata gais :")

Meme made by me lol



2. Wotaku ni Koi wa Muzukashii (Wotakoi: Love is Hard for Otaku)

Tentang kehidupan dewasa lagi nih. Anime romance-comedy ini bercerita tentang kisah percintaan empat orang otaku, yang sekaligus juga adalah pekerja kantoran. Sebagai bagian dari kaum yang dipandang sebelah mata, mereka berusaha menyeimbangkan pekerjaan kantor, kisah cinta, dan hobi mereka. Memang terkesan gini-gini doang, tapi somehow saya bisa menikmati banget nonton cerita ini. Karena jujur...memang saya relate banget sih sama karakter-karakternya :")


Sebagai orang yang dismissive-avoidant, saya paling ga ngerti kenapa orang-orang mau-maunya melakukan hal-hal sinting cuma demi menjaga hubungan pacaran. Makanya dari pertama kali saya kenal anime Conan di umur 7, jumlah anime ber-genre romance yang sudah saya tonton bisa dihitung pakai satu tangan. Tapi gaya pacaran karakter di siniii beda banget. Sebagai otaku yang normalnya malas berurusan sama dunia nyata, mereka pun menaruh 'porsi otaku' yang cukup besar dalam hubungan mereka. Jadi mereka pacaran tuh ya, jatohnya bukan 'proper date' yang menye-menye dan saling bucin, tapi cuma ngebucin kesukaan masing-masing aja. Walaupun empat tokoh utama kita adalah otaku dari genre yang berbeda (otaku game, yaoi, dan yuri), tapi mereka bisa menoleransi ketika pacar masing-masing lagi in otaku-mode. Walaupun berantem dikit-dikit. 

'Pacaran' ala otaku: baca manga homo bareng


Tiap episodenya mostly cuma skit-skit ringan yang menunjukkan kehidupan kantor dan 'pacal-pacal'an dua pasang otaku kita, Momose Narumi x Nifuji Hirotaka dan Koyanagi Hanako x Kabakura Tarou. Karena otaku, seperti layaknya fans Kpop dan wibu di Indonesia, termasuk rakyat golongan dua, ada kalanya mereka struggle untuk berusaha menjadi 'muggle' agar bisa diterima di dunia nyata. Tapi pada akhirnya memang mereka paling nyaman ketika mingle dengan orang-orang yang sefrekuensi, membicarakan ide-ide liar di kepala mereka yang sulit dimengerti oleh normies. Perkembangan plotnya juga lebih ke bagaimana otaku mencoba untuk berpacaran dengan gaya mereka, sambil pelan-pelan belajar untuk menjadi 'the proper couple' seperti orang-orang kebanyakan.

Saya gatau apakah memang semua orang harus mengikuti pola pakem dalam berpacaran seperti arah yang ditunjukkan dalam cerita ini. Tapi setidaknya, serial ini sangat layak untuk masuk ke anime rom-com, slice of life ter-enjoyable yang pernah saya tonton.

Mau mention juga, OP-nya enak banget.


3. Tanaka-kun wa itsumo kedaruge (Tanaka-kun is always listless)

Kisah tentang Tanaka, seorang anak SMA yang untuk masuk kelas saja harus digendong sahabatnya yang disiplin dan punya semangat hidup tinggi normal. Begitu ia masuk SMA, ia berkomitmen untuk mencapai hidup yang listless (bermalas-malasan) apapun situasinya. Ia bahkan bersedia melakukan apapun demi mencapai hidup idealnya: bisa leyeh-leyeh tanpa gangguan.


Desain karakter seperti Tanaka-kun ini, memang terasa terlalu exaggerating bagi manusia normal, yang semalas apapun tentu tetap harus bisa jalan dan masuk kelas sendiri. But while related-ness is not one of its forte, tapi ceritanya yang ringan cukup bisa membuat rileks otak yang menonton. Atau, saking datarnya, orang bisa sampai ketiduran ketika menonton anime ini. Selalu ada dua sisi di setiap situasi, right? ^^

Tanaka & Ooka 'normal' life

Anyway. Kumpulan skit kehidupan mengenai anak yang ga punya semangat hidup somehow mampu memberi saya insight: Menjadi malas itu juga butuh passion! Tangan kesemutan karena terlalu lama menyangga dagu? Oh berarti gua perlu exercise. Mendadak mendapat pengganggu yang merusak hidup kita yang damai? Oh berarti kita harus mengeluarkan effort untuk ngikutin apa yang ia mau, agar urusan cepat selesai (hopefully). Tanpa passion, menjadi malas pun bisa gagal :)


Tanaka-kun yang rela ribet mengganti kunci piano dari major ke minor hanya agar tangannya ga pegel

Or to put it more positively, if your pushing factor to complete your tasks is only to prepare for the upcoming laziness, that is still a legitimate drive. Embrace it, and do your shit.

 

4. Barakamon

Tentang Handa Seishuu, seorang kaligrafer yang memiliki pride setinggi langit dan dipuji khalayak seniman, yang tiba-tiba ditendang ke dunia nyata karena komentar salah satu kaligrafer senior yang mengatakan 'your art ain't original'. Sebagai hukuman karena telah menonjok wajah veteran tersebut, ia dipaksa untuk 'beristirahat' di pulau terpencil Goto. Mendadak tinggal di dusun yang 'jauh kemana-mana', ia terpaksa untuk menemukan inspirasi dan style kaligrafinya yang 'sesungguhnya', sambil berusaha menyesuaikan diri dengan situasi kampung yang sangat guyub dan could never leave him alone. Yang ternyata...justru membantunya kembali menjadi 'manusia'.


Kalo masalah relatable or not, jujur anime ini termasuk yang paling distant dari hidup saya. Saya ga pernah dipaksa tinggal di kampung (yang jauh dari mana-mana), saya ga pernah punya pride yang too high sehingga kalo jatoh bener-bener bikin depresi. Tapi, saya tetep bisa appreciate anime ini dan betapa orang-orang bisa relate pada pelajaran hidup yang di-deliver. Bahwa terkadang, kita hanya perlu hidup bebas, hidup tanpa mengikuti standar pakem dan tekanan sosial untuk menemukan siapa diri lo sebenernya. Kita bisa belajar hal tersebut dari anak-anak kecil yang masih polos, yang hidup tanpa beban dan ga overthink. Bear with their antics, and you will find yourselves.

An annoying brat next door who has no concept of personal space. But still teaches you about life

Bagi orang-orang yang sudah 'lose themselves', memaksa diri untuk tinggal di lingkungan yang sama sekali baru mungkin bisa membantu?


5. Gakuen Babysitter

Babies, BABIES! BABIES EVERYWHERE!!!


Cover, judul, soundtrack, dan actual game nya sama-sama sinkron. Apa yang ditawarkan ya itu yang kita dapat. Like, apa yang mau kita harapkan dari anime yang berjudul 'School Babysitter' dengan bayi-bayi mungil, pendek dan bermata besar? Ga mungkin kita berharap kaki-kaki mungil baby yang baru beberapa bulan mantap berjalan itu untuk memecahkan misteri pembunuhan di sudut kota, kan? :D

Episode pertama dibuka dengan lumayan nyess. Kashima Ryuuichi, anak yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga pemilik yayasan akademik yang juga baru kehilangan anak dan menantunya, di hari yang sama orang tua Ryu meninggal. Di sini, kita bisa lihat betapa Ryu sayang banget sama Kotarou, adiknya yang masih balita, satu-satunya keluarganya yang tersisa. Namun, life must go on. Sebagai anak yang lebih dewasa, ia juga harus bersekolah dan menunjukkan rasa tanggung jawab dan terima kasih kepada Baa-chan yang sudah mengadopsinya, sehingga ia ga punya pilihan lain selain berusaha (terlihat) kuat dan membantu kepala sekolah mengurus anak-anak di daycare. Di akhir episode 1, Ryu menyerah, dan akhirnya cukup kuat untuk broke down into tears, pertama kalinya sejak orang tuanya pergi.

Cuplikan episode terbawang :"D

Episode penuh bawang seingat saya cuma di episode pertama. Begitu Kotarou 'bisa ditinggal' dan sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman-teman barunya di daycare Morinomiya Academy, akhirnya kita mulai bisa melihat interaksi Ryu di sekolah, bersama teman-temannya. Selain tipikal interaksi anak sekolah di genre slice of life, kita juga disuguhkan dinamika baby-baby lucu yang ditemani oleh babysitter mereka Usaida Yoshihito yang listless dan doyan rebahan. Tingkah empat chibi yang polos, 'aman' dan wholesome, serta digambarkan dalam bentuk-bentuk bulat pendek menggemaskan membuat pengalaman nonton serial ini jadi menyenangkan. Ga akan salah lah, kalo kita fokus ke baby-baby nya :")

Kakdee mau nangis aja lihat ini gemes banget T_____T

Dari beberapa netizen, ada yang ga nyaman dengan karakter menjurus 'pedo' yang ditampilkan di anime. Menurut saya sih masih di batas wajar ya, karena si karakter tersebut sebenarnya ga ngapa-ngapain juga yang terlihat membahayakan anak-anak tersebut. Tapi kita gabisa ngatur-ngatur rasa takut orang, kan.

Well~ :D


Sep 18, 2021

MXTX: My first Danmei Experience


Pertama kali baca karya sastra Mandarin, langsung ke topik yang tabu. Haram pula.

Topiknya tabu, karena romansa homoseksualitas jadi bumbu yang lumayan kenceng di cerita ini, if not the focus itself

Materinya haram, karena technically ketika saya baca, karya ini belum diterjemahkan ke bahasa Inggris maupun Indonesia, sehingga terjemahan apapun ya jatohnya haram. Di pdf/epub kan (karena biasanya baca di tab yang ga disambungin ke internet), makin haram lagi. Yang jelas kalo sampe saya rekomendasi materi-materi ini ke litbase, saya bakal langsung diblok beramai-ramai XD.

Pertama notice karena tahun 2019/2020 dulu seisi timeline sempet rame banget sama cdrama ‘The Untamed’. Saya sendiri waktu itu ga tertarik sama sekali, tapi akhirnya jadi tahu kalau drama itu mengadaptasi dari webnovel danmei (boys' love). Akhirnya download novelnya beberapa bulan kemudian, ketika ada yg retweet link epub novel penulis yang sama (not even ‘novelnya The Untamed’). Setelah berbulan-bulan saya abaikan, akhirnya baru di tahun ini novel haram tersebut saya eksekusi.

Total danmei yang saya sentuh baru 3 judul, tapi karena kebetulan ketiganya ditulis oleh author yang sama, makanya reviewnya saya jadikan satu. Saya urutkan berdasarkan urutan baca aja ya.


General Impression

Sebelum masuk ke detail tiap-tiap judul, ada beberapa general trait yang bisa saya tangkap dari ketiga novel MXTX (weibo):

  • Panjangnya kaya sirotol mustaqim
  • Judul yang vague, yang memungkinkan cerita bisa merambah kemana-mana tanpa (technically) keluar dari judul dan tema. Makanya detail yang dijabarkan dalam novel bisa dalem banget.
  • All in all, ketiga buku MXTX jatohnya adalah cerita romance, yang incorporating boy’s love with an overwhelming, godly level of bucin-ness coming from the love interest’ side. Oh, and adult contents. Minors do not read (unless you are ready to deal with them)
  • Softboi protagonist, nyerempet tolol. Bahkan untuk cerita yang paling light dan main characternya paling mouthy pun, sebenernya dia bego juga.
  • The actual antagonists never really got revealed until the story almost ends.
  • Plot development biasanya dirangkai seperti ini: Adventure 1 à  Adventure 2 àà Adventure #n. Tapi somehow semua fragmen-fragmen cerita itu akhirnya terhubung dengan satu benang merah yang make sense di akhir cerita.
  • Each characters have their own fucked up dan sad situation. No one is spared. Bahkan tokoh villain yang kita kira bisa jadi samsak bersama yang kita bully ramai-ramai pun, ternyata punya cerita mengharu biru juga.
  • Batasan antar chapter tidak banyak cliff-hanger, sehingga relatif tidak terlalu page-turner untuk memaksa kita lompat ke chapter berikutnya. Mungkin ini karena memang by nature novel ini adalah webnovel yang dirilisnya sedikit demi sedikit, sehingga kalau terlalu sering cliffhanger mungkin akan menimbulkan beban mental yang tidak perlu terhadap author (since we know how ridiculously demanding Chinese netizens are)

 

Disclaimer:

Biasanya review saya akan terdiri atas tinjauan terhadap plot, karakter, dan gaya bercerita. Tapi kali ini, karena saya bukan baca dari naskah asli maupun terjemahan official, saya jadi ga bisa menilai keduanya. Makanya, di sini saya hanya akan ceritakan plot dan karakternya, serta perbandingan relatif pengalaman saya selama membaca ketiga novel ini.


Heaven Official’s Blessing/ Tiān Guān Cì Fú / 天官赐福

Webnovel cover

Blurb a la Dee:


Xie Lian adalah dewa pembawa sial yang jadi bahan bulan-bulanan tiga alam: alam surga (heaven realm), alam dunia (human realm) dan dunia bawah (underground realm). Seorang putra mahkota kebanggaan negeri Xianle, kini turun level menjadi dewa miskin tanpa pengikut (mirip karakter Yato dari manga/anime Noragami). Karena ketika ia bangkit ke heavenly court untuk ketiga kalinya, ia tanpa sengaja merusak istana seorang dewa perang, sehingga ia akhirnya dihukum  untuk turun ke dunia (untuk ketiga kalinya), menyelesaikan kegelisahan pengikut heaven emperor Jun Wu di Gunung Yujun. Ditemani oleh dua orang heaven official eselon madya, Nan Feng dan Fu Yao, Xie Lian akhirnya memulai tugasnya menyelidiki misteri menghilangnya pengantin wanita di lokasi tersebut. 

Tanpa nama, adalah anak ketiga dari keluarga cukup terpandang yang mengaku kabur dari rumah dan ‘menggelandang’ di jalan. Secara tidak sengaja ia bertemu dengan Xie Lian yang baru pulang dari mengumpulkan sampah. Karena San Lang, begitu ia akhirnya dipanggil, tidak punya tempat untuk dituju, ia menyetujui begitu saja ajakan Xie Lian untuk menginap di gubuk reyotnya, yang merupakan hasil pemberian warga dusun Puqi. Baru sempat beristirahat semalam dan beberes gubuk sedikit (banyak), Xie Lian kembali melakukan perjalanan untuk menyelesaikan misteri menghilangnya para pedagang di Banyue Pass. San Lang akhirnya turut serta bersama trio Xie Lian – Nan Feng – Fu Yao untuk menyelidiki hal tersebut. Di sana, mereka berurusan dengan makhluk gurun terkutuk bertubuh ular dan berekor kalajengking peliharaan dari penyihir Ban Yue

Petaka Empat (Four Great Calamities), adalah empat iblis pembawa musibah yang ditakuti sekaligus disegani di tiga alam. Dari keempatnya, pembawa horor terbesar adalah Hua Cheng, sang Xuè Yǔ Tàn Huā (血雨探花/Crimson Rain Sought Flower) yang konon mampu menghajar habis 33 dewa. Semua heaven officials sepakat, jika tanpa sengaja kau bertemu dengannya, larilah!

Heaven Official's Blessing donghua (animated) season 1 poster

First/General Impression

Pas pertama baca judulnya saya bingung. Ini Heaven Official Blessing maksudnya gimana deh? Berkah resmi dari surga? Emang ada yang ga resmi?

Ternyata maksudnya adalah ‘Pejabat Surga’ atau kalo bahasa kita sih disebutnya ‘Dewa/Dewi’, ‘deities’, ‘divinities’. Kalau di paham Taoism, apparently di bawah the Supreme Power, ada alam surga yang isinya para deities ini. Beda dengan Islam yang ‘surga’nya adalah berupa kehidupan setelah kematian total aka akhirat, konsep ‘surga’ di Taoism ini berjalan bareng dengan kehidupan manusia saat ini, karena mereka harus ngurusin permintaan dan kebutuhan  manusia kan (that’s the whole point of their existence, sebenernya). Nah surga ini strukturnya ya mirip di dunia gitu lah, ada raja dan pejabat-pejabat lainnya.


Heaven Official's Blessing manhua (komik) cover

Plot

Karena webnovel ini adalah pertemuan pertama saya dengan karya MXTX, kesan pertama yang saya dapatkan ketika membaca novel ini adalah, kok ceritanya ga kemana-mana ya?

Di bab-bab awal, saya seperti hanya diberikan quest-quest kecil, satu-satu misteri yang harus diselesaikan oleh Xie Lian sebagai tokoh utama. Dari crimson bride arc, banyue pass arc, sampai ghost city arc, saya seperti hanya dibawa ke petualangan-petualangan ‘receh’ yang tidak jelas arahnya mau kemana. Bahkan ketika cerita masuk ke buku 2, dimana saya dibawa ke flashback besar-besaran ke peak-nya Xie Lian sebelum hancur, saya masih agak bingung ini cerita sebenernya arahnya kemana.

Like, oke misterinya sudah terpecahkan.

Oke, Xie Lian hidupnya susah.

So? Then what? Blessing-nya dimana? Atau apa?

TL/DR: Intense story with nice twist at the end, but not necessarily page turner for me. Walaupun plot dan ceritanya intense, tapi sebenarnya novel ini adalah character-driven, karena plot-plot yang ada di dalamnya lebih banyak dibuat agar pembaca bisa memahami karakter-karakter yang ada. Untuk orang-orang biasa baca karya yang plot-oriented, besar kemungkinan akan lost dan akhirnya drop karena merasa terjebak dalam flashback yang ga abis-abis, sampe lupa main plotnya sudah sampai mana.

Above it all, novel ini adalah kisah romance. Jadi, main plot dan character development sentral-nya memang lebih dibuat untuk mendukung ‘jadi’nya sexual dan romance attraction antara dua main characters.

Oh, have I mentioned before that this novel contains adult contents?

Character

Karena memang novelnya character-driven, hampir setiap tokoh yang muncul mendapat spotlight, arc ceritanya masing-masing. Karena semua orang dapet ‘drama’nya sendiri, kita jadi lebih mudah mengingat hampir semua karakter yang muncul.

Dengan syarat kita bisa inget siapa dapet cerita apa.

Satu-satunya kendala saya dalam mengingat karakter di novel ini adalah karena jumlahnya yang overwhelmingly BANYAK dan namanya mirip-mirip. (e.g.: Ada Pei Su, Pei Ming, Ming Yi). Belum satu orang juga panggilannya banyak seperti Pei Su yang dipanggil Xiao Pei, General Pei (which Pei again?). Lalu Ming Yi (oh ini beda lagi dengan Pei Ming?) yang dipanggil Ming-xiong (Ming ini yang punya bawahan namanya Pei Su bukan?), Earth Master (oh Ming-guang yang suka main cewek itu earth master, bukannya martial god?).

Yup, itu salah satu dari sekian banyak struggle saya selama baca novel ini. Pusing, ketuker-tuker!

Anyway, di novel ini, selain dua main character kita Xie Lian dan Hua Cheng, tokoh antagonisnya hampir ga terlihat. Bahkan foil character yang biasanya jadi antithesis nya protagonist dan kita biasa tandain sebagai syarat-syarat antagonist pun, di sini ga ketara. Semua karakter terlihat baik-baik aja dan berdiri di sisi yang sama dengan protagonist. Ini jadi satu lagi hal yang membuat cerita ini kurang appealing bagi penggemar plot-driven stories, karena kesannya sepanjang cerita tuh author hanya mengeksploitasi nasib buruk main character. Tipikal me-against-the-whole-world dengan tambahan karakter-karakter tim hore di kanan kiri gitu lah.

Mana panjang banget pula kan.

Tapi jika kalian adalah orang-orang seterong yang cukup tabah membaca chapter demi chapter, di bagian akhir kalian akan mulai menemukan benang merah dari setiap quest dan miseries. Di sini lah mulai akhirnya ketahuan siapa ‘villain’ sebenarnya. Cukup ngagetin memang, tapi resolution seperti ini cukup bikin plong, manjur membayar lunas semua blood-sweat-and tears yang sudah kita keluarkan selama mengikuti sekian ratus chapter.

 

 

Enjoy the novel also in these platform:

Original platform | Donghua (Bilibili) (Youtube) (Funimation) | 

Anime (donghua japanese sub) | LA adaptation (filming ongoing)

Manhua (english translation) | Official english translation

Unofficial translation

 

 

The Founder of Diabolism (The Grandmaster of Demonic Cultivation) / Mo Dao Zu Shi / 魔道祖师




Founder of Diabolism web novel cover


Blurb a la Dee:

Berita kematian Wei Wuxian, penganut aliran kultivasi setan yang membantai seluruh keluarga kakak perempuan angkatnya Jiang Yanli, di tangan saudara angkatnya Jiang Cheng, tersebar luas dan dirayakan besar-besaran oleh seluruh komunitas kultivasi. Setelah menghilang tanpa jejak selama 16 tahun, ia dihidupkan kembali ke dunia manusia ketika Mo Xuanyu memanggil arwahnya melalui sebuah upacara pengorbanan.

Wahai Tetua Yiling, balaskan dendamku kepada tiga orang ini!

Terjebak di antara murid-murid sekte Lan, pada akhirnya Wei Wuxian terpaksa turun tangan untuk membantu menangani arwah marah yang mengamuk di kediaman klan Mo. Ketika ia kira semuanya bisa selesai dengan damai, salah seorang murid sekte Lan tiba-tiba memanggil bantuan darurat.

Matilah, kenapa Hanguang-Jun ada di sini?

The Founder of Diabolism manhua cover

First/General Impression

Karena cerita ini adalah cerita kedua yang saya baca, saya kurang lebih sudah cukup ready dengan apa yang akan saya temukan di novel ini. Seabrek tokoh yang membanjiri cerita, karakter yang background storynya ngenes, dan maybe a bit of twist di akhir buku.

Dan another cultivation story, dengan tokoh utama yang jahat? Yay I’m in!

Spoiler: enggak kok protagonistnya ga jahad uwuwuwuw kakdee sayang A-Xian pake banget T_T

 

The Untamed, Founder of Diabolism LA poster

Plot

Rangkaian plotnya dimulai mirip seperti TGCF, dimana di awal cerita kita disuguhkan beberapa quest-quest kecil random, namun tiba-tiba semua terhubung dengan cantik di akhir cerita. Namun, kalau dibandingkan dengan TGCF, saya bisa bilang bahwa pengembangan plot di buku ini jauh lebih friendly bagi penggemar cerita plot-driven. Walaupun buku ini masih cukup kuat aspek character driven-nya, tapi detail-detail history karakter (yang seringkali dituliskan dengan flashback cerita) ditulis sporadis dan dimunculkan sesuai alur cerita, sehingga tidak terlalu men-disrupt jalannya plot utama.

Memang jatohnya alurnya jadi agak maju mundur berantakan ya, beda dengan TGCF yang ‘organized’ (dimana author menggabungkan seluruh bagian cerita flashback menjadi satu bagian super panjang). Tapi dengan flashback yang dibuat sporadis seperti ini, justru saya lebih enak dalam memahami plot ceritanya. Soalnya flashback-nya memang ditampilkan hanya untuk mendukung plot aja, yang dikeluarkan ketika konteks dan momennya sesuai. Flashback cerita tidak difokuskan di satu tempat, sehingga bagian ini tidak terasa dragged dan tidak membuat pembaca lost maupun lupa main plotnya seperti apa. 

Kurang lebih mirip dengan TGCF, MDZS menampilkan cerita dengan detail yang intens dan konflik yang nyakitin. Pokoknya NGENES! Ga ada yang terlewat, mau tua ataupun muda semua dapet cerita sedih.

Founder of Diabolism donghua poster

Character

Kalau saya sudah cukup struggle dengan banyaknya karakter yang dimention di TGCF, di MDZS situasinya lebih kacau lagi. Sudah karakternya banyak, satu karakter bisa menyandang minimal tiga nama, dan itu belum termasuk panggilan akrab seperti penggunaan A-, Xiao-, atau -Xiong.

Wei Wuxian: Wei Ying (nama kecil), Yiling Patriarch/YiLing laozu (gelar kultivasi) (+ A-Xian, Wei-gongzi)

Lan Wangji: Lan Zhan (nama kecil), Hanguang-jun (gelar kultivasi) (+ Lan er-gege, Lan er-gongzi)

Itu baru nama-nama yang digunakan untuk me-refer dua orang main character.

Belum lagi masing-masing klan punya residence sendiri yang harus saya ingat. Padahal di arc Mo residence di awal saja, setidaknya ada dua puluh karakter yang namanya harus saya ingat. Endingnya saya gagal sih, saya akhirnya pasrah aja gabisa ngikutin ceritanya di awal-awal wkwk.

Struggle? Struggle.

Terlepas dari ribetnya mengingat ratusan nama, tapi seperti TGCF, masing-masing karakter sebenarnya juga punya drama sendiri yang memudahkan kita untuk mengingat mereka. Hampir tidak ada karakter yang ga penting, bahkan ada karakter yang tadinya kita kira cuma karakter tertiary, tim hore, ternyata malah jadi karakter yang nge-drive the whole plot.

Jujur aja, menurut saya eksekusi resolution twist di MDZS ini lebih tai daripada TGCF. Ketika kita kira kita udah nemuin the real villain yang bisa kita bully ramai-ramai, ternyata ada twist lagi di ujung yang bikin suasana awkward

Lah…kok jadi dia? Should we hate him?

 

PS:

  • Don’t worry about (not) remembering names. Ga semua nama itu penting, jadi lupa-lupa di awal sangat gapapa. Bukunya cukup panjang kok, akan sangat cukup waktu untuk mengingat which names belong to which person. Kalo karakternya memang ga penting, naturally kita akan lupa sendiri karena tertimbun oleh karakter lain yang sengaja ditonjolkan.

  • Tiap-tiap nama lengkap klan, polanya selalu berupa tempat asal + nama klan. 
    • Misalnya Yunmeng Jiang, berarti artinya itu klan Jiang yang berasal dari kota Yunmeng. Lanling Jin, artinya Jin clan of Lanling area. Nah, selanjutnya bisa diingat sendiri untuk klan-klan lain, seperti Gusu Lan, Qinghe Nie dan Qishen Wen. 

    • Kalo ini sudah bisa diketahui polanya, masalah hidup kita berarti tinggal satu, yaitu mengingat nama tempat tinggal klan (Lotus Pier untuk klan Jiang, Cloud Recess untuk klan Lan)

 

Enjoy the novel also in these platforms:

Original platform | DonghuaManhua (english translation)

Audio drama  | Official english translation | LA adaptation 

Unofficial translation


Scum Villain’s Self Saving System / Ren Zha Fanpai Zijiu Xitong /人渣反派自救系统

Scum Villain's Self Saving System webnovel cover art


Blurb a la Dee:

Shen Yuan, follower stallion novel ‘Proud Immortal Demon Way’ meradang ketika ia menemukan bahwa webnovel yang ia ikuti setelah sekian lama diakhiri dengan…lame. Setelah selesai ia mengetikkan sumpah serapah di kolom komentar, tiba-tiba ia terseret masuk ke dalam sistem enhancement novel, dimana ia harus merapikan plot holes dan memperbaiki image karakter-karakter yang telah dibully oleh sang author melalui karakterisasi yang payah.

... Sambil berusaha untuk tidak mati. Ataupun mengalami kehilangan poin terlalu banyak.

Masalahnya, ia terlahir sebagai tokoh villain yang paling dibenci, yang kekejiannya tidak tertandingi, serta memiliki ending yang begitu memalukan: Shen Qingqiu!

 


First/General Impression

Walaupun RZFZX ini adalah novel pertama MXTX, tapi saya justru baca novel ini paling akhir, setelah saya cukup banjir air mata menyelesaikan TGCF dan MDZS. Ekspektasi saya cukup tinggi awalnya, tapi melihat bagaimana main character (main character RZFZX, bukan main character ‘Proud Immortal Demon Way’ yang menjadi setting RZFZX) yang ‘modern’ harus terjebak di setting ‘ancient’, kontras ini saja sudah cukup mengingatkan saya untuk me-reset ekspektasi saya. Saya akan dapat sesuatu yang ‘beda’ dari dua novel yang sudah saya baca.

Which turned out to be…true. In both good and bad way, apparently. Beberapa kali saya seperti diingatkan kembali, oh, ya emang novel pertama sih. Wajar jadinya begini.


Plot

Dari ketiga novel MXTX, pendekatan yang digunakan dalam menjalin alur cerita di novel ini relatif paling direct, dengan tidak terlalu banyak dwelling into detail of each character. Ciri khas dari novel ini adalah di gaya berceritanya, dimana setting cerita dunia kultivasi dibuat kontras dengan penggunaan istilah-istilah game online. Mismatch antara story telling dengan setting cerita inilah yang membuat nuansa cerita jadi fresh.

Namun, terlepas dari cara penyampaian cerita yang unik, pengembangan plotnya sendiri b aja. Kalo kalian udah terlanjur baca TGCF dan MDZS, baca RZFZX jadi terasa enteng banget karena memang alur, konflik, dan flashbacknya ga seberapa berat. If not dragging – karena tebelnya kurang lebih hampir sama wkwk.

Eksekusi revelation cerita terasa kurang luwes. We can even feel that the revelations are executed with poor cohesion, terasa sekali ujug-ujug dimunculkan begitu aja. Beberapa hal yang seharusnya ga make sense, dibuat possible just because the author want it to be that way. Saya paham bahwa setting cerita ini memang adalah novel yang inherently badly-written, tapi saya rasa eksekusinya seharusnya bisa lebih luwes sih. Apalagi setelah saya tahu bahwa MXTX sebenarnya bisa membuat revelation yang cakep, seperti terbukti di TGCF dan MDZS.

Tapi ya, namanya juga novel pertama. First try, dibuat ketika author masih SMA, tapi bisa selevel ini, menurut saya udah patut diapresiasi banget.


Character

Ke’simpel’an novel ini juga terlihat di jumlah dan fokus karakter yang jauh lebih sedikit dari ga terlalu kompleks – setidaknya dibandingkan dengan dua novel yang saya baca sebelumnya. Like, RZFZX ini bener-bener cuma berfokus ke kalo ga Shen Yuan/ Shen Qingqiu, Luo Binghe, Liu Qingge, sama di akhir-akhir ada Zhuzhi-lang dan Tianlang-jun. Kalo ditambah sama karakter yang ‘agak penting’ lainnya, jumlah yang harus kita ingat sampe akhir untuk bisa ‘make sense’ cerita ini ga sampe 30 karakter.

Coba bandingin dengan MDZS, yang belum apa-apa kita udah harus mengingat Wei Wuxian yang adalah Yiling Patriarch, lalu Lan Wangji, yang sama dengan Lan Zhan, yang adalah sama dengan Hanguang-jun. Lalu ada lagi Lan Shizui, Lan Jingyi, Lan…I mean Jin Ling, yang adalah keponakannya Jiang Cheng yang dulu nganunya Wei Wuxi…nyerah.

Dengan pendalaman karakter yang ga terlalu banyak ini, kita memang jadi lebih mudah untuk memahami ceritanya sih. Jadi, I guess ini cuma masalah ekspektasi kita aja? Karena walaupun kalo dari segi plot ga seberapa padat dan karakter ga seberapa kompleks, tapi kualitas setting cerita ini udah ngangkat kualitas novel ini banget.

Like, berapa banyak author yang bisa kepikiran universe dimana manusia normal tau-tau terjun ke dunia novel, terus formatnya berupa game online? Ini tuh kaya ngegrab related-ness dari beberapa kelompok niche sekaligus, dan kombinasinya pun unik.

  

Enjoy the novel in these platform:

Original platform | Donghua (3Danimation) (Youtube eng sub | indo sub

Official english translation | Unofficial translation


Tl;dr
Saya tahu kalian malas baca rambling sepanjang umurnya Xie Lian seperti di atas. Makanya saya summary kan aja jadi satu review saya di tabel sbb:





Afterall, judul novel yang vague (dalam arti kita ga bisa nebak petualangan seperti apa yang akan kita hadapi), terbukti memang ‘aman’ untuk plot yang panjangnya membutuhkan kesabaran ekstra untuk ngikutinnya.

Dan saya sangat ngerti kalau beberapa orang memilih menyerah di tengah jalan untuk baca ketiga novel ini. Soalnya jujur, dengan novel-novel yang sebegitu panjang, kalo bukan karena jiwa saya yang pantang menyerah di tengah jalan (terutama untuk hal-hal yang tidak penting), saya ga menemukan hook yang cukup kuat yang memaksa saya menyelesaikan novel-novel ini. Setiap chapternya berakhir dengan cukup ‘polos’, rata-rata ga terlalu page-turner untuk memaksa kita membaca chapter selanjutnya.

But then again, novel ini memang aslinya formatnya adalah webnovel, yang pengalaman membacanya sebenarnya lebih cocok dibandingkan dengan cerita bersambung yang dulu biasa kita baca di koran pagi. By default, selama belum ada tanda ===END=== di bab tersebut, pembaca kasual yang ga punya motivasi apapun juga akan otomatis membaca terus karya tersebut sih. Jadi kalau memang antar chapternya tidak page turner, ya ga exactly bisa jadi alasan objektif buat kita bisa men-judge kualitas novel-novel ini. Karena di tengah-tengah  tiap chapternya masih seru kok.

Kalo di akhir chapter dibuat cliffhanger, yg ada authornya bakal dicecer untuk cepet-cepet nyeleseiin chapter selanjutnya, lol. Netijen China kan ganas, pak. (yep, lebih kejam dari cocotnya netijen indonesia)

 

But somehow, saya tetep stick with cerita ini karena satu hal: saya ga mau kalah.

Walaupun kesannya cerita seperti ga kemana-mana, tapi melihat kayanya cerita kok masih panjang banget, jiwa ISTJ saya seperti ga mau kalah dan ‘LET’S SEE HOW I CAN BEAT THIS STUPID LONG-ASS NOVEL’.

Alasan yang agak bahlul memang, tetapi untungnya kegoblokan saya terbayar dengan twist cerita di bagian akhir yang lumayan…mindblowing. Alur cerita yang sepertinya ga penting di awal-awal, ternyata saling terkait satu sama lain. Tokoh-tokoh yang sepertinya sudah ‘berakhir’ di pertengahan buku, ternyata malah muncul lagi dan dapet peran penting di belakang.

 

However, karena saya udah baca semua novelnya, saya kurang lebih bisa mereka-reka urutan baca seperti apa yang bisa memaksimalkan kepuasan membaca kalian. Saran saya, sebaiknya kalian start dari RZFZX (Scum Villain’s Self Saving System) dulu. 

Next, tergantung preferensi kalian. Kalau kalian suka romance totok, sepertinya kalian akan lebih suka dynamics HuaLian di TGCF. Means kalian sebaiknya lanjut ke MDZS dulu, baru terakhir TGCF (Heaven Official’s Blessing). 

Kalau kalian suka romance dynamics yang lebih make sense dan tipikal old married couple, mendingan kalian baca TGCF dulu, baru kalian pindah ke MDZS (The Grandmaster of Demonic Cultivation/ The Founder of Diabolism).

Save the best for the last, baby!