Less than 1 month to the newest movie, akhirnya kita sampai di my Top 5!
Cepet banget waktu berjalan, tahu-tahu film pembuka untuk Movie 24, The Scarlet Bullet udah tayang aja di Indonesia. The Scarlet Alibi di Jepang sendiri break record sebagai film pembuka dengan pendapatan tertinggi, di angka 1.5 miliar yen (how insanely popular Detco was is mindblowing ya, padahal ini film udah ongoing lama banget).
(Review The Scarlet Alibi di bawah)
Anyway, bacotan akan makin banyak, ketikan akan makin ga jelas, yang berarti saya sangat-sangat puas dengan apa yang tim produksi berikan. Sebagai penggemar Conan ala-ala yang ngikutin dari 20 tahun lalu tapi baru aktif lagi sekarang, saya adalah salah satu fans yang paling ga sabar dengan jumlah chapter Detective Conan yang naujubilah banyaknya (saya udah sortir, dari sekian banyak kasus yang muncul di manga, sekitar 70% nya adalah kasus-kasus yang ga berhubungan dengan Black Organization). Makanya begitu ada Black Organization, antusiasme saya akan langsung meroket.
Di konteks perangkingan movie ini, movie dengan kemunculan Black Organization (selain "Countdown to Heaven" yang kepeleset di peringkat 6) by default akan langsung dapet poin tinggi. So yeah, surprise? Not surprise? :D
Previous posts:
- rank 17-23
- rank 11-16
- rank 6-10
5. DCM 8 - The Magician of the Silver Sky (2004)
Film dibuka dengan memperlihatkan Conan sedang kejar-kejaran dengan Kaito Kid di atap sebuah gedung. Ternyata Kogoro sedang dimintai tolong oleh seorang aktris musikal untuk melindungi cincin bermata batu safir yang hendak dicuri oleh Kid. Walaupun Conan memang berhasil menggagalkan usaha Kid mencuri pertama di hari tersebut, ternyata kasus kembali berlanjut di penerbangan after-party musikal Napoleon Bonaparte, dimana aktris utama ditemukan meninggal diracun, dan kedua pilot dan co-pilot ditemukan tak sadarkan diri karena efek racun yang sama. Conan, dan dibantu oleh salah seorang aktor musikal, akhirnya harus terjun langsung menyelamatkan penerbangan tersebut.
Hanya saja, plot Detective Conan movie tidak pernah semulus dan sepolos itu.
But I would say, film ini adalah yang paling balance di antara rilisan tahunan Detective Conan Movie selama 23 tahun. Action, drama, dan comedy semua membaur dengan seimbang.
Kita menyaksikan adegan menggelikan dimana Kid muncul dengan meminjam tubuh Shinichi (tepat di hadapan Shinichi yang mengecil, sehingga orang yang asli tidak bisa berbuat apa-apa).
Kita menyaksikan adegan lucu-tapi-romantis, pertikaian-pertikaian kecil antara Kogoro dan Eri.
Kasus pembunuhan yang dipecahkan Conan juga triknya cukup menarik. Siapa yang menyangka bahwa benda seperti itu bisa menjadi senjata pembunuh?
Di sisi lain, kita juga mendapatkan adegan gila dimana Ran dan Sonoko, dua orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kokpit pesawat, tiba-tiba harus mendarat-daruratkan pesawat komersial secara manual. Agak ndakik-ndakik, tapi the whole Detco universe IS indeed like that.
Belum lagi plot twist dimana Kaito Kid kabur dari pesawat di saat-saat genting, yang ternyata memiliki tujuan tersendiri.
Aoyama-sensei memang gila.
Film dimulai dengan menampilkan adegan yang agak disturbing, dimana seorang anak bernama Sawada Hiroki bunuh diri dengan terjun dari balkon kamarnya setelah menyelesaikan sebuah otak buatan yang diberi nama Noah's Ark. Beberapa saat setelah ia jatuh, komputer yang sebelumnya ia gunakan memperlihatkan pesan selamat tinggal dan "Noah Ark is sailing...".
Di Jepang, Conan dkk diundang ke sebuah pesta peluncuran game virtual reality. Di tengah acara, kepala pengembangan game, Tadaaki Kashimura ditemukan terbunuh di ruang kerjanya. Conan menyadari bahwa pesan kematian yang ditinggalkan korban, JTR, berhubungan dengan salah satu stage di permainan virtual reality yang diluncurkan, Old Time London. Untuk memecahkan kasus tersebut, ia akhirnya bergabung dengan anak-anak yang diundang untuk menguji coba permainan tersebut. Detective Kids yang lainnya pun ikut masuk ke dalam permainan, setelah menukar kartu Kamen Yaiba limited edition dengan pass untuk masuk ke virtual game. Mengetahui Conan dkk masuk ke permainan, Ran akhirnya menggunakan pass milik Sonoko dan ikut bergabung.
Ketika permainan hendak dimulai tiba-tiba Noah's Ark memberontak dan menyandera anak-anak yang bergabung. Dengan alasan untuk menghentikan calon pemimpin Jepang yang tidak berintegritas dari keluarga yang korup, Noah's Ark mengubah kendali permainan, dimana anak-anak yang terjebak terancam nyawanya jika mereka tidak bisa menyelesaikan permainan. Sementara itu, Kudou Yusaku yang sedang memecahkan kasus, menyimak analisis yang dilakukan Shinichi (Conan) dalam permainan untuk memperoleh bukti tambahan atas pembunuhan Kashimura.
Conan dan 7 anak lainnya memilih permainan bersetting London abad pertengahan, yang memadukan antara real case Jack the Ripper dan universe Sherlock Holmes. Untuk menemukan dan memecahkan identitas Jack The Ripper, mereka melakukan perjalanan untuk menemui Sherlock Holmes, Colonel Sebastian Moran, membuat kesepakatan dengan Profesor Moriarty, sambil terus berusaha agar tetap hidup.
Karena kita lagi bahas Detco, kalo mau bahas full action sih harusnya udah auto-checked ya. Tapi yang bikin spesial adalah, settingnya! Menyenangkan aja gitu, melihat reference-reference Sherlock Holmes dengan tampilan seperti tokoh-tokoh Detco. Selain itu, adanya ancaman bahwa Conan bakalan beneran mati kalo ga menang game lumayan menambah tense pemirsa selama menonton.
That twist in the ending though. :"")
Maybe I'm being obnoxiously biased by putting this Amuro Tooru / Zero / Furuya Rei / Bourbon- focused movie this high in the rank. But there's a reason why I put "personal" in my title, right? (putting Oikawa Tooru's gloating and blepping face here)
Conan yang bosan melihat penemuan Profesor Agasa yang aneh-aneh (kali ini: drone yang mampu terbang setinggi 10.000 meter selama 30 menit) lebih memilih untuk menonton TV. Baru saja televisi menyiarkan berita mengenai satelit yang kembali ke Bumi, tiba-tiba lokasi konferensi Tokyo diberitakan meledak. Di tengah siaran penuh api dan ledakan, Ai melihat Furuya Rei (kali ini sebagai Zero) yang berada di tengah-tengah ledakan yang terjadi di gedung konferensi.
Di tengah penyelidikan oleh kepolisian metropolitan Tokyo, Kazami Yuuya, bawahan Zero di PSB tiba-tiba muncul di ruang rapat dan menyodorkan bukti bahwa yang meledakkan gedung konferensi tidak lain adalah Mouri Kogoro. Karena Kogoro adalah mantan anggota kepolisian, akhirnya kasus ini ditangani oleh PSB, yang tanpa ragu langsung mengambil berkas-berkas di kantor detektif dan menyeret Kogoro ke ruang interogasi. Sementara itu, Rei yang kembali bekerja di Poirot hanya membisu ketika Conan menanyainya. Finally arrived at his breaking point, Conan shouted at Ai who's already helping him enough, tanpa menyadari bahwa ponselnya sendiri sudah disadap.
Eri yang kebingungan karena rekan pengacaranya tidak ada yang berani mendampingi Kogoro akhirnya mendapatkan bantuan dari seorang pengacara lepas yang bernama Tachibana Kyouko. Masalahnya, jaksa penuntut yang akan melawan mereka adalah jaksa penuntut keamanan publik tak terkalahkan, Kusakabe Makoto.
The thrill level of this movie just rocketing high, simply because kasus ini melibatkan keselamatan Mouri Kogoro. Zero dan Yuuya yang tetap kukuh tidak mau memberikan informasi apapun, semakin menguatkan dugaan bahwa kali ini Zero benar-benar akan mengkhianati Conan (spoiler: not). Belum lagi, cekcok antara jaksa Kusakabe dengan atasannya, motivasi Kyouko yang sama sekali tidak terlihat berniat menang, serta cerita Yuuya yang menyebutkan bahwa Zero pernah membuat saksi dalam interogasi bunuh diri, semakin membuat siapa berada di kubu siapa semakin membingungkan. And to think the movie would end with the case? LOL. NA-DA. Film ini padat, se padat-padat-nya.
Entah saya dapet subtitle yang bapuk, atau saya yang agak pe'a soal law enforcement structure di Jepang. Yang jelas, selama nonton saya sempet hah hoh berkali-kali, karena banyak banget instansi baru yang saya harus ikutin hubungannya. Untung Amuro-san nya ganteng.
For real though, the amount of the-handsomest-Amuro-san being obnoxiously indecent (for my heart sanity) in this movie was OVERWHELMING. Even the way he called his subordinate, kHazami? ERGH!
Movie 13 dimulai dengan cukup powerful dimana Gin & Vodka terlihat memergoki Conan di kantor Detektif Mouri. Walaupun ternyata adegan tersebut cuma mimpi, tetapi cukup mampu menyetel thrill cerita, bahkan sebelum salam pembuka diputar.
Kogoro dimintai tolong untuk memecahkan kasus pembunuhan berantai yang korbannya tersebar di berbagai lokasi di Jepang. Di tengah break rapat, Inspektur Yamamura mendengar seseorang mengirimkan email ke alamat yang mirip dengan not lagu anak-anak "Nanatsu no Ko", yang telah diketahui adalah alamat bos besar Black Organization. Saat itu juga, Conan langsung menyadari bahwa ada anggota organisasi yang menyusup masuk ke kepolisian. Di tengah upaya penyergapan, Conan bertemu Vermouth yang kemudian memberi tahu bahwa Black Organization memang sedang mengincar data NOC yang tak sengaja terbawa oleh pelaku pembunuhan. Kemudian, Conan juga menyadari bahwa si anggota organisasi yang menyamar telah mengetahui identitasnya sebagai Detektif SMA terkenal, Kudou Shinichi.
What make this movie interesting (selain Black Organization, that is pretty much my token reason of liking a part of Detco universe) adalah betapa deg-degannya mengetahui identitas Conan akhirnya benar-benar ketahuan. Selama penyelidikan, kita bisa lihat beberapa kali Conan bersikap seolah-olah dia memang sudah akan mati. Imagine someone as reckless as him having that glum and surrending face? Pengen peluk rasanya :_)
And Ran being able to avoid gun shot? She is terrifying.
Movie 20 dibuka dengan kejar-kejaran antara Furuya Rei, Akai Shuichi, dan seseorang yang terlihat menyusup ke dalam ruangan server kepolisian. Kemunculan Vermouth yang mencari-cari orang tersebut memberitahu kita bahwa sang penyusup ternyata adalah anggota Black Organization yang hendak mengambil data NOC dari kepolisian Jepang. Begitu Ai menyadari kehadiran Vermouth, ia langsung teringat deskripsi RUM, orang kedua di organisasi yang salah satu matanya sintetis (checked), terlihat seperti orang tua (rambut putih, checked), dan terlihat seperti wanita (checked). The fact that someone that level actually stood this close to Conan did give us a deep chill down our spine. Finally RUM, seseorang yang bahkan Sherry ga pernah lihat wajahnya, actually went head to head with Conan?
Anyway, diungkapkan ternyata perempuan tersebut bukan RUM, tetapi Curaqao, spesialis pengumpul informasi Black Organization. Identitas RUM udah ketahuan anyway so yeah, at this point sih memang jelas ya doi bukan RUM tapi mind you, pas itu identitas RUM kan belum direveal :D.
Regardless, bagaimana Conan merencanakan untuk menangkap Curaqao, kejar-kejaran dengan kepolisian PSB, berpacu dengan waktu untuk menghentikan Black Organization dan menyelamatkan semua orang, sekaligus mengembalikan ingatan Curaqao yang hilang, semua dikemas dalam drama penuh action, ketegangan, dan rasa haru. Banyak pula bumbu-bumbu ketegangan yang ditambahkan, dari Bourbon dan Kir yang hampir mati karena ketahuan bertindak sebagai double agent, sampai the legendary fight between Rei and Shuichi on top of a ferris wheel. Yum.
The ending though, I've cried a bucket from it. Ngaduk-ngaduk emosi ini lah yang bikin movie ini jadi jawara di hati Dee :""")
Spoiler: Seperti yang sudah terjadi di movie 13, non-canon Black Organization member juga diceritakan mati di akhir film. Sehingga secara teknis, penambahan anggota BO ini tidak terlalu mengganggu plot utama di manga.
SPECIAL ADDITION: The Scarlet Alibi
Sebagai film pertama yang saya tonton ke bioskop setelah berbulan-bulan "terkurung" karena pandemi (dan jobless), perasaan saya ke The Scarlet Alibi ini agak mixed feeling. Memang sebelumnya saya sempet baca keterangan bahwa film ini cuma sarana promosi main movie nya, tapi saya ga nyangka kalo produksinya bener-bener "seadanya" :D
The Scarlet Alibi, is, literally, adalah cut-cutan anime yang merangkum hubungan The Akai Family, yang diangkat ke layar lebar. Buat saya yang udah ngikutin 20 tahun, udah apal alur, hubungan karakter dan pelaku-pelakunya tiap kasus, jujur pas nonton ga terlalu excited lagi. However, kalo untuk orang awam, atau fans Conan yang ga hardcore banget kaya saya, The Scarlet Alibi ini berguna banget buat refreshing, ngasih konteks ke hubungan antara keluarga yang "disfunctional but somehow works" ini. Apalagi movie 24 ini akan berfokus pada keluarga Akai kan, kalo ga paham apa yang terjadi di keluarga ini kan ntar pas nonton kemungkinan akan banyak reference yang penonton missed. Maybe.
Tapi terlepas dari konten, sebenernya yang bikin pengalaman nontonnya agak betein adalah karena kualitas gambarnya ga disesuaikan dengan kebutuhan layar bioskop. Kebayang kan video tahun 2000an awal? Nah, untuk yang cut-cutan episode lama tuh jatohnya jadi burem gitu. Untuk produksi sekelas Conan, saya ekspektasikan ya paling engga aspect ratio atau ketajamannya disesuaikan gitu sih, biar dari awal sampai akhir gambarnya bisa konsisten. Ga harus diremastering, tapi ya setidaknya dipoles dikit gitu (bisa ga deh?)
Btw si abang pertama ganteng banget pas di belakang movie ya Allah mana kualitasnya udah 4K lagi kan. Jadi ga sabar nunggu The Scarlet Bullet tayang.
This was such a long post, for real. I wonder where will the newest movie rank within its 23 successors.
No comments:
Post a Comment